Senin, 06 Agustus 2012

Bumi "Panas-Dingin" Sepanjang Zaman



Pemanasan global dan perubahan iklim menguasai para pemimpin dan pemikir tingkat global di era ini. Faktanya, bukan kali ini saja Bumi mengalami perubahan iklim. Selain adanya zaman es, iklim Bumi juga terus berubah secara periodik akibat perubahan sudut sumbu Bumi-Matahari yang terus terjadi.
Perubahan iklim di Bumi sebenarnya sering terjadi, bahkan pernah secara intens terjadi. Perubahan iklim Bumi itu antara lain terjadi sesuai dengan zaman es yang setidaknya mulai ada sejak sekitar satu miliar tahun lalu.
Bukti dari terjadinya zaman es antara lain didapatkan dari pemeriksaan terhadap siklus dari mineral karbon yang terkubur di garis khatulistiwa di Pasifik.
Penelitian yang dilakukan Gustaf Arrhenius pada Swedish Deep-Sea Expedition melakukan uji karbon dan pengamatan pada fosil mikro (diatom-makhluk hidup terdiri atas satu atom dan pada foraminifer) yang menunjukkan adanya siklus zaman es-zaman interglasial.
Zaman es ditandai dengan lapisan es di kutub Bumi. Di antara zaman es terdapat era yang disebut sebagai zaman interglasial—ketika Bumi menjadi lebih hangat. Namun, untuk mendapatkan bukti-bukti lain tentang zaman es tidak mudah.
”Tidak banyak arsip (di alam) yang bisa menjadi bukti terjadinya zaman es. Bukti-bukti yang didapatkan juga tidak terlalu banyak,” ujar Pedro Di Nezio dari International Pacific Research Center, School of Ocean and Earth Sciences Universitas Hawaii, akhir Maret, di sela-sela pertemuan para pakar di Lembang, Jawa Barat.
Para pakar dari berbagai bidang tersebut, mulai dari pakar iklim purba (paleoclimate), biologi, hingga geofisika, berkumpul dalam rangka merencanakan pengeboran sampel geologis dari Danau Towuti.
Di Nezio menjelaskan, ”arsip alam” terkait zaman es tersimpan baik-baik di dalam gua ataupun danau-danau dalam. ”Di dalam gua dan danau-danau tersebut relatif tertutup, tidak banyak intervensi dari kondisi luar sehingga kondisi pada zaman es yang hampir satu miliar tahun usianya itu bisa tersimpan dengan baik,” tuturnya.
”Di lautan sebenarnya lebih banyak terdapat rekaman sejarah iklim Bumi. Semuanya tersimpan di dalam sedimen,” kata Di Nezio.
Sesuai dengan terjadinya siklus zaman es-zaman interglasial, kutub yang suatu ketika ditutup es amat luas, pada waktu yang berbeda bisa jadi menjadi daerah yang lebih hangat.
Zaman es yang intens mulai terekam sekitar 650.000 tahun lalu. Sejak masa itu hingga sekarang, ada yang menyebutkan telah terjadi 10-12 kali zaman es. Namun, menurut Di Nezio, setidaknya terjadi tujuh kali zaman es.
Zaman es yang mencapai puncaknya pada 21.000 tahun lalu. Zaman es di tahun itu disebut sebagai last glacial maximum. Sebab setelah itu, tutupan es menjadi semakin sedikit dan terus menurun. Zaman interglasial terkuat terjadi sekitar 100.000 tahun lalu. ”Sampai akhirnya zaman es berakhir pada 12.000 tahun lalu,” kata Di Nezio. Sejak itu, iklim Bumi relatif lebih stabil. Zaman itu ditandai dengan munculnya peradaban manusia.
Siklus Milankovitch
Mendinginnya kutub Bumi dipengaruhi banyaknya sinar matahari ke kutub. Ahli matematika dari Serbia, Milutin Milankovitch menjelaskan bagaimana siklus orbital dari Bumi menyebabkan kutub menjauh dan mendekat pada Matahari secara siklik.
Bumi yang berbentuk oblate spheroid—sumbu vertikal dari Bumi yang berbentuk lonjong lebih pendek dari sumbu horizontal—berotasi dengan sumbu yang terus ”bergoyang” (wobble, bergoyang seperti gasing yang kehilangan daya putar). Kemiringan sumbu vertikal Bumi yang menyebabkan kutub Bumi menjauh atau mendekat pada Bumi. Posisi inilah yang menyebabkan periode dingin atau periode panas di satu kutub lebih panjang atau lebih pendek. Dengan kata lain, radiasi matahari pada suatu lokasi terus berubah dari waktu ke waktu (Gambar). Temuan Milankovitch ini menuntun pada pengertian perbedaan iklim.
Kini yang disebut perubahan iklim amat berbeda. Penyebabnya bukan lagi semata siklus Milankovitch.
”Jika diakibatkan oleh perubahan lapisan es di kutub, perubahan itu memakan puluhan ribu tahun. Faktor pengubah saat ini adalah konsentrasi karbon dioksida dan metana, gas rumah kaca di atmosfer. Kegiatan kami di Towuti lebih untuk mengungkap rahasia perubahan iklim di zaman es,” ujar James Russel, ahli iklim purba dari Universitas Brown, Providence, Rhode Island, Amerika Serikat, yang menjadi pemrakarsa pengeboran Danau Towuti. Sejatinya Bumi terus ”panas- dingin” dalam rentang panjang.

Sumber : http://sains.kompas.com/read/2012/05/16/0316398/Bumi.Panas-Dingin.Sepanjang.Zaman.