Sabtu, 24 April 2010

Hari Bumi

Selamat Hari Bumi 2010! Jangan lupa matikan lampu selama sejam, pukul 20.30-21.30 waktu setempat.

Berbagai kota dari 92 negara hari ini bersiap-siap untuk mematikan lampu selama sejam saja untuk memperingati Hari Bumi dan mendukung gerakan penyelamatan lingkungan terhadap perubahan iklim.

Tahun lalu, acara ini diikuti oleh 88 negara. Daerah-daerah baru yang turut serta pada tahun 2010 termasuk Kosovo, Madagaskar, Nepal, Arab Saudi, Mongolia, Kamboja, Ceko, Paraguay, Ekuador, dan Kepulauan Marina Utara di Samudra Pasifik.

Panitia pengurus Jam Bumi, yakni kesepakatan mematikan lampu selama sejam tersebut mengonfirmasi bahwa pada tahun ini 1.100 kota sudah sepakat untuk turut serta. "Jam Bumi mencerminkan tekad penduduk Bumi untuk menciptakan dunia yang lebih baik dan lebih sehat," tutur Direktur Eksekutif Jam Bumi Andy Ridley. "Acara ini menyatukan berbagai kota, komunitas, bisnis, dan perorangan dalam usaha penanggulangan perubahan iklim," katanya.

Awalnya, Jam Bumi adalah inisiatif dari WWF, dimulai pada 2007 di Sydney, Australia, saat dua juta warga mematikan lampu mereka selama sejam. Pada 2008, jumlah peserta yang terlibat sudah melompat menjadi 50 juta orang di seluruh dunia. Pada 2009, ratusan juta orang berpartisipasi, di mana lebih dari 4.000 kota mematikan lampu.


http://www.cakraningrat8.com/?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=477
Sabtu, 24 April 2010

Jumat, 09 April 2010

BMKG WILAYAH I MEDAN OPERASIONALKAN RADAR CUACA CANGGIH BUATAN AMERIKA

Balai Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah I Medan mengoperasionalkan pemakaian radar cuaca baru serta kalibrasi.
Pemakaian radar baru diresmikan Gubsu H Syamsul Arifin SE dan Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Dr Ir Sriworo Budiati Harjono MSc di kantor BMKG Wilayah I Medan, Kamis (8/4).
Menurut Sriworo, penggunaan radar baru buatan Amerika itu sangat membantu mengetahui bentuk dan pola cuaca di wilayah BMKG Medan.
Sebab, katanya, pola perubahan iklim akan berdampak pada sistem pertanian, kesehatan dan pariwisata. Paling tidak, harus beradaptasi dengan perubahan iklim yang terjadi.
Hasil analisa BMKG, lanjutnya, 30 tahun ini terjadi pergeseran awal musim 10-20 hari. Bahkan, dibanding 100 tahun lalu, kini suhu sudah naik 1,14 derjat celsius. Begitu juga air laut naik mencapai 18 centimeter.
Gubsu H Syamsul Arifin menyambut baik pemakaian radar terbaru yang canggih buatan Amerika tersebut. Dengan begitu, diharapkan mampu mendeteksi lebih awal keadaan iklim di Sumatera Utara. Sehingga, bisa meminimalisir mitigasi bencana alam seperti banjir dan tanah longsor.
UP TO DATE
"Radar cuaca terbaru ini diharapkan memberikan info prakiraan cuaca yang up to date dengan suatu prakiraan rinci dan akurat. Ini akan mendukung pemerintah daerah untuk menanggulangi mitigasi dari risiko bencana alam," sebut Gubsu.
Gubsu berharap, informasi keadaan iklim yang diketahui BMKG Wilayah I Medan itu dilanjutkan ke seluruh jajaran SKPD di setiap kabupaten/kota. Dengan begitu, pemerintah daerah kabupaten/kota bisa sesegera mungkin memberikan peringatan (warning) jika ada bencana.
Sementara, Kepala BMKG Wilayah I Medan Drs Herry Saroso menyebutkan, pemakaian radar cuaca terbaru itu merupakan suatu bentuk kebutuhan karena isu pemanasan global, perubahan iklim dan tingginya permintaan informasi iklim.
Dengan alat ini, lanjutnya, maka akan dapat laporan lengkap tentang jumlah awan, intensitas awan, posisi awan, prakiraan jatuhnya hujan, arah dan kecepatan angin.
"Bahkan, untuk keperluan penerbangan di Bandara Polonia radar cuaca ini sangat membantu. Sehingga, meminimalisir kecelakaan penerbangan akibat iklim," ungkapnya.
Secara teknis, lanjutnya, radar tersebut tipe DWSR 2501 C (SD) buatan yang dibuat Enterprise Electronic Coorporation (EEC) Amerika Serikat tahun 2009.
Daya jangkaunya maksimal 480 Km. Namun karena lengkung bumi daya jangkau efektif 250 Km. Sehingga, sepanjang Selat Malaka bisa diketah
http://pemkomedan.go.id/news_detail.php?id=8953

Radar Cuaca Mampu Prediksi 4 Menit Sebelum Bencana

Radar Cuaca Mampu Prediksi 4 Menit Sebelum Bencana

Perubahan iklim menyebabkan tingkat kelembaban udara semakin tinggi.
Akibatnya, curah hujan semakin meningkat dan bisa menimbulkan bencana alam. Seperti banjir bandang yang menimpa Kecamatan Sayurmatinggi
Kabupaten Tapanuli Selatan, (4/4) lalu serta gempa yang terjadi di Sinabang (7/4) lalu.
Kepala Badan Meterologi Klimatologi dan Geofiska Wilayah I Sumut, Drs Heri Saroso mengatakan, BMKG merasa perlu untuk menindak lanjuti masalah tersebut. “Dari dua bencana yang terjadi dalam selang waktu yang relatif berdekatan, disebabkan oleh adanya perubahan musim serta naiknya air laut. Untuk itu dengan pemasangan radar cuaca dan peralatan kalibrasi diharapkan bisa meminimalisir bencana yang akan terjadi,” terang Heri saat acara peresmian operasional peralatan radar cuaca dan kalibrasi BMKG Sumut Wilayah I di Jalan Ngumban Surbakti Medan, kemarin (8/4).
Ditambahkannya, alat yang didatangkan dari Amerika Serikat tersebut bisa menjangkau atau memprediksi keadaan cuaca dalam jangka waktu 4 menit sebelum kejadian. “Untuk hujan, dan perubahan-perubahan iklim dengan adanya radar cuaca ini, bisa dideteksi dengan cepat. Pendeteksiannya, misalnya tentang cuaca yakni perubahan cuaca yang terjadi bisa diketahui jumlah curah hujan, ketinggiannya, dimana letak akan turunnya, berapa kecepatan anginnya dan fungsi-fungsi lainnya,” tuturnya.
Ditambahkannya, radar cuaca dan peralatan kalibrasi tersebut juga bermanfaat bagi navigasi pesawat terbang. Bisa mengatur take off dan landingnya pesawat terbang secara teratur.
“Radar cuaca ini bisa menjangkau jarak 400 Km, yang mencover keseluruhan area yang sebesar 400 Km tersebut,” katanya.
Sementara itu, Kepala BMKG Pusat, DR Ir Sri Woro B. Harijono mengatakan, perubahan iklim yang terjadi belakangan ini menyebabkan sering terjadinya perubahan kondisi seperti pergeseran awal musim.
“Dalam hasil telaahan BMKG terlihat juga kenaikan temperatur rata-rata di Indonesia dalam 100 tahun terakhir yang mencapai 1,14 derajat celsius. Selain itu permukan air laut juga mengalami peninggian sebesar 18 centimeter,” katanya. (mag-13)

http://www.hariansumutpos.com/2010/04/radar-cuaca-mampu-prediksi-4-menit-sebelum-bencana.html

 

19 April, CPNS Masuk Kerja

MEDAN- Tanda tanya akan kepastian kapan para CPNS Kota Medan yang lolos seleksi tahun 2009 akan masuk kerja, terjawab sudah. Plt Sekda Kota Medan, M Fitriyus memastikan bahwa SK CPNS sudah diteken Pj Wali Kota Medan, Syamsul Arifin. Fitriyus bilang, para CPNS di lingkungan Pemko Medan akan dipanggil pada 19 April ini. Pihaknya akan mengadakan acara kecil, sebagai sambutan kepada para CPNS. “Sudah, SK para CPNS sudah ditantangani Pj Wali Kota. Kami rencanakan acara kecil, bertepatan dengan upacara bendera bulanan. Harusnya pada 17 April, tapi karena itu hari libur maka dimajukan jadi 19 April,” terang Fitriyus, Kamis (8/4)
“Jadi CPNS itu pun semangat. Kita sambutlah kecil-kecilan. Kita tunggu saja,” lanjut Fitriyus.
Meski demikian, CPNS itu dipastikan tidak akan langsung menerima SK-nya
Hal itu dikarenakan para CPNS harus melengkapi biodata yang wajib diisi sebagai data base BKD. Kalau ini belum dilengkapi, maka SK tidak bisa diberikan. “Kita buat acara penyerahan SK secara simbolis dulu. Karena masih ada yang harus dilengkapi,” tambah Fitriyus.
Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kota Medan, Lahum Lubis mengatakan, secepatnya CPNS akan dipanggil untuk mengetahui di mana penempatannya. “Para CPNS akan segera kita panggil. Selain penyerahan SK secara simbolis, mereka juga akan diberitahukan di SKPD mana akan bertugas,” terang Lahum.
Terkait SK, yang belum bisa langsung diberikan, Lahum menjelaskan itu berkaitan dengan kepentingan data base BKD. Dan biodata itu berkaitan juga dengan tunjangan para CPNS sendiri. Makanya biodata itu wajib diisi.
Sistematisnya bagaimana? Menjawab hal itu, Lahum menjelaskan bahwa pihaknya sudah menyiapkan soft copy format biodata yang nantinya akan diisi ke dalam sebuah CD. Nah, apabila para CPNS sudah mengisi biodata itu dengan lengkap barulah SK akan diberikan.
“Nah, apakah kami sanggup mengerjakan biodata para CPNS yang jumlahnya 600 lebih itu? Maka itu, kami akan siapkan CD yang berisikan format biodata. Jadi CPNS itu sendiri yang akan mengisi. Begitu selesai, SK langsung kita berikan. Tidak ada maksud apa-apa. Ini demi kepentingan para CPNS itu sendiri,” sambung Lahum.
Meski demikian, dari 688 formasi CPNS di lingkungan Pemko Medan masih ada sekitar 30-an CPNS yang datanya masih tersangkut di Badan Kepegawaian Negara (BKN). Menurut Lahum, masih ada berkas dan kelengkapan data yang masih belum direstui BKN untuk menerima SK. Alhasil, 30-an CPNS itu akan menyusul mendapatkan SK menanti urusan berkasnya selesai. (ful)
http://www.hariansumutpos.com/2010/04/19-april-cpns-masuk-kerja.html

Rabu, 07 April 2010

Banjir Karena Illegal Logging

BMKG: Banjir Karena Illegal Logging

10:56 | Wednesday, 7 April 2010
MEDAN-Banjir bandang yang terjadi di Kecamatan Sayurmatinggi, Kabupaten Tapanuli Selatan Sabtu (3/4) malam lalu dipengaruhi curah hujan yang tinggi di daerah hulu. Menurut data Data Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Wilayah 1 Sumatera Utara, curah hujannya tergolong tingggi, mencapai 171 milimeter.
Demikian dipaparkan Kepala Bidang Informasi dan Data Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah 1 Sumut, Hendra Suwarta, kemarin. “Curah hujan memang tinggi, sebesar 171 milimeter,” ujarnya saat ditemui di ruang kerjanya di Jalan Ngumban Surbakti Me dann
Namun Hendra menegaskan, curah hujan yang tinggi bukan satu-satunya penyebab banjir bandang dimaksud. Kerusakan lingkungan lebih mempengaruhi terjadinya bencana tersebut.
“Dengan banyaknya perambah hutan yang berkeliaran, membuat hutan di sana menjadi rusak. Pohon-pohon yang awalnya bermanfaat untuk menyerap air, sudah tidak ada lagi. Makanya ketika hujan turun, air langsung berubah menjadi banjir karena tidak ada penahannya lagi,” terangnya.
Diterangkan Hendra, tinggi rendahnya curah hujan ada empat kategori yakni ekstrim atau sangat tinggi, tinggi, sedang dan rendah. Untuk ukuran ekstrem, curah hujan di atas 200 milimeter, tinggi antara 100-200 milimeter. Sedangkan ukuran sedang antara 50 sampai 100 meter dan rendah nol sampai 50 milimeter.
Karena Tapanuli Selatan termasuk wilayah dengan curah hujan tinggi dan mengalami kerusakan ekosistem hutan, diprediski banjir bandang sejenis masih akan terjadi di masa depan.
Hendra Suwarta kembali menegaskan, meski di Sumatera Utara curah hujan tidak merata, namun secara umum berada di atas normal, di atas 100 milimeter.
“Peluang hujan sangat tinggi, potensi banjir juga tinggi. Kemungkinan banjir besar terjadi di daerah-daerah pantai yakni pantai timur dan pantai barat Sumatera. Seperti Belawan, Langkat dan Medan sendiri,” terangnya lagi.
Secara keseluruhan, wilayah kerja BMKG Wilayah 1 Sumut mencakup Aceh, Sumut, Sumbar, Riau dan Kepulauan Riau. “Potensi banjir di empat provinsi selain Aceh sangat besar, karena rata-rata curah hujannya dalam kategori tinggi yakni 100 milimeter lebih,” ungkapnya.
Karena kondisi cuaca yang seperti itu, imbaunya, bagi penduduk yang berada di tengah kota agar lebih memperhatikan saluran-saluran air (drainase), supaya air-air yang berasal dari hujan bisa mengalir sebaik mungkin.
Sementara untuk penduduk yang bermukim di daerah perbukitan, sebaiknya menjaga lingkungan yang ada dengan menjaga hutan-hutan agar jangan ditebangi sembarangan.
“Masa curah hujan yang tinggi ini berlangsung dalam jangka waktu sampai akhir April ini. Tapi tidak menutup kemungkinan, tingginya curah hujan bisa sampai Mei mendatang. Untuk itu, maka BMKG Wilayah 1 Sumut terus memantau kondisi alam yang terjadi,” cetusnya.
Anggota DPRD Sumut dari fraksi PKS, Amsal Nasution berpendapat sama dengan Hendra Suwarta. Wakil rakyat asal pemilihan Madina, Tapanuli Selatan, Padang Lawas Selatan dan Padang Lawas Utara itu mengatakan menuding perambah hutan dan perusak lingkungan sebagai pihak yang bertanggung jawab atas musibah tersebut.
“Berkaca dari kejadian banjir bandang di sejumlah daerah yakni Bukit Lawang dan Madina, apa yang terjadi di Tapanuli Selatan juga karena hutan-hutan yang mulai gundul,” ujarnya.
Amsal miris melihat kenyataan, pihak berwenang melakukan pembiaran atas perusakan hutan yang dilakukan sejumlah perusahaan. Sementara warga yang menggunakan hasil hutan seadanya malah sering berusan dengan petugas.
“Warga sekitar yang hanya menggunakan kayu hutan ala kadar nya, sering berurusan langsung dengan Jagawana (Polisi Kehutanan, Red) dan Dinas Kehutanan lalu warga dikenai hukuman. Sementara perusahaan-perusahaan yang terorganisir melakukan eksploitasi hutan malah dibiarkan bebas saja. Kalau tidak ada ’apa-apa’ nya, kan tidak mungkin,” tandas anggota Komisi C DPRD Sumut tersebut.
Lebih lenjut ia menegaskan, Dinas Kehutanan tidak bisa menaggulangi persoalan ini, lebih baik alokasi APBD untuk dinas tersebut dikurangi. Disebutkannya, dalam draf P-APBD Provsu 2010, tercatat dana yang digelontorkan untuk Dinas Kehutanan Provsu sebesar Rp45 miliar lebih. Yang taksasinya adalah Belanja Tidak Langsung sebesar Rp29.924.453.682. Sementara dana Belanja Langsung sebesar Rp16.919.697.650.
Korban Tewas Jadi 5 Orang
Korban tewas banjir bandang di Tano Tombangan, Kecamatan Sayurmatinggi, Kabupaten Tapsel bertambah menjadi lima orang. Dua korban tambahan yakni Mariati boru Pane (36) dan Basaria Nasution alias Oppu Titin (80), Senin (5/4) malam. Sebelumnya, Mariati yang dirawat di RSUD Padangsidimpuan karena luka parah, sempat menyelamatkan putrinya saat banjir melanda, Sabtu (3/4) lalu.
Kepada METRO TAPANULI (grup Sumut Pos), Camat Sayurmatinggi, Sulaiman Pulungan ketika dikonfirmasi melalui telepon, Selasa (6/4) mengatakan, setelah dirawat selama tiga hari di RSUD Padang Sidimpuan, Mariati boru Pane meninggal dunia karenakan luka yang dideritanya cukup parah. Luka itu akibat benturan keras dengan kayu ketika menyelamatkan putrinya pada malam banjir bandang
“Nyawa korban tidak tertolong lagi, sehingga meninggal dunia di RSUD Padang Sidimpuan Senin malam sekitar pukul 22.00 WIB. Pada malam itu juga korban dibawa dengan menggunakan ambulans ke rumah duka di Desa Tanjung Medan, dan tiba sekitar pukul 22.30 WIB dan akan dikebumikan Rabu (7/4),” ujar Sulaiman.
Diungkapkan Sulaiman, selain Mariati boru Pane, ada satu korban banjir bandang lagi yang juga meninggal pada Senin (5/4) malam sekira pukul 24.00 WIB. Korban yakni Basaria Nasution alias Oppu Titin (80), warga Desa Tanjung Medan. Direncanakan, jenazahnya akan dimakamkan Rabu (7/4) di TPU Tanjung Medan.
“Ada satu lagi yang meninggal tapi tak dirujuk ke rumah sakit, karena saat kejadian luka yang dideritanya hanya lecet-lecet di sekujur tubuhnya. Kami menduga penyebabnya karena trauma, terkejut, dan fisik yang sudah lemah karena sudah tua. Jadi total korban meninggal akibat banjir bandang hingga saat ini lima orang. Sebelumnya 3 orang meninggal di hari pertama banjir bandang yakni Ompu Eko boru Sitompul (81), warga Desa Tanjung Medan, Wardiman Mendrofa (17) dan Hendri Mendrofa (15), warga Desa Aek Uncim. Keduanya masih saudara kandung,” ungkapnya.
http://www.hariansumutpos.com/2010/04/bmkg-banjir-karena-illegal-logging.html