Rabu, 07 April 2010

Banjir Karena Illegal Logging

BMKG: Banjir Karena Illegal Logging

10:56 | Wednesday, 7 April 2010
MEDAN-Banjir bandang yang terjadi di Kecamatan Sayurmatinggi, Kabupaten Tapanuli Selatan Sabtu (3/4) malam lalu dipengaruhi curah hujan yang tinggi di daerah hulu. Menurut data Data Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Wilayah 1 Sumatera Utara, curah hujannya tergolong tingggi, mencapai 171 milimeter.
Demikian dipaparkan Kepala Bidang Informasi dan Data Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah 1 Sumut, Hendra Suwarta, kemarin. “Curah hujan memang tinggi, sebesar 171 milimeter,” ujarnya saat ditemui di ruang kerjanya di Jalan Ngumban Surbakti Me dann
Namun Hendra menegaskan, curah hujan yang tinggi bukan satu-satunya penyebab banjir bandang dimaksud. Kerusakan lingkungan lebih mempengaruhi terjadinya bencana tersebut.
“Dengan banyaknya perambah hutan yang berkeliaran, membuat hutan di sana menjadi rusak. Pohon-pohon yang awalnya bermanfaat untuk menyerap air, sudah tidak ada lagi. Makanya ketika hujan turun, air langsung berubah menjadi banjir karena tidak ada penahannya lagi,” terangnya.
Diterangkan Hendra, tinggi rendahnya curah hujan ada empat kategori yakni ekstrim atau sangat tinggi, tinggi, sedang dan rendah. Untuk ukuran ekstrem, curah hujan di atas 200 milimeter, tinggi antara 100-200 milimeter. Sedangkan ukuran sedang antara 50 sampai 100 meter dan rendah nol sampai 50 milimeter.
Karena Tapanuli Selatan termasuk wilayah dengan curah hujan tinggi dan mengalami kerusakan ekosistem hutan, diprediski banjir bandang sejenis masih akan terjadi di masa depan.
Hendra Suwarta kembali menegaskan, meski di Sumatera Utara curah hujan tidak merata, namun secara umum berada di atas normal, di atas 100 milimeter.
“Peluang hujan sangat tinggi, potensi banjir juga tinggi. Kemungkinan banjir besar terjadi di daerah-daerah pantai yakni pantai timur dan pantai barat Sumatera. Seperti Belawan, Langkat dan Medan sendiri,” terangnya lagi.
Secara keseluruhan, wilayah kerja BMKG Wilayah 1 Sumut mencakup Aceh, Sumut, Sumbar, Riau dan Kepulauan Riau. “Potensi banjir di empat provinsi selain Aceh sangat besar, karena rata-rata curah hujannya dalam kategori tinggi yakni 100 milimeter lebih,” ungkapnya.
Karena kondisi cuaca yang seperti itu, imbaunya, bagi penduduk yang berada di tengah kota agar lebih memperhatikan saluran-saluran air (drainase), supaya air-air yang berasal dari hujan bisa mengalir sebaik mungkin.
Sementara untuk penduduk yang bermukim di daerah perbukitan, sebaiknya menjaga lingkungan yang ada dengan menjaga hutan-hutan agar jangan ditebangi sembarangan.
“Masa curah hujan yang tinggi ini berlangsung dalam jangka waktu sampai akhir April ini. Tapi tidak menutup kemungkinan, tingginya curah hujan bisa sampai Mei mendatang. Untuk itu, maka BMKG Wilayah 1 Sumut terus memantau kondisi alam yang terjadi,” cetusnya.
Anggota DPRD Sumut dari fraksi PKS, Amsal Nasution berpendapat sama dengan Hendra Suwarta. Wakil rakyat asal pemilihan Madina, Tapanuli Selatan, Padang Lawas Selatan dan Padang Lawas Utara itu mengatakan menuding perambah hutan dan perusak lingkungan sebagai pihak yang bertanggung jawab atas musibah tersebut.
“Berkaca dari kejadian banjir bandang di sejumlah daerah yakni Bukit Lawang dan Madina, apa yang terjadi di Tapanuli Selatan juga karena hutan-hutan yang mulai gundul,” ujarnya.
Amsal miris melihat kenyataan, pihak berwenang melakukan pembiaran atas perusakan hutan yang dilakukan sejumlah perusahaan. Sementara warga yang menggunakan hasil hutan seadanya malah sering berusan dengan petugas.
“Warga sekitar yang hanya menggunakan kayu hutan ala kadar nya, sering berurusan langsung dengan Jagawana (Polisi Kehutanan, Red) dan Dinas Kehutanan lalu warga dikenai hukuman. Sementara perusahaan-perusahaan yang terorganisir melakukan eksploitasi hutan malah dibiarkan bebas saja. Kalau tidak ada ’apa-apa’ nya, kan tidak mungkin,” tandas anggota Komisi C DPRD Sumut tersebut.
Lebih lenjut ia menegaskan, Dinas Kehutanan tidak bisa menaggulangi persoalan ini, lebih baik alokasi APBD untuk dinas tersebut dikurangi. Disebutkannya, dalam draf P-APBD Provsu 2010, tercatat dana yang digelontorkan untuk Dinas Kehutanan Provsu sebesar Rp45 miliar lebih. Yang taksasinya adalah Belanja Tidak Langsung sebesar Rp29.924.453.682. Sementara dana Belanja Langsung sebesar Rp16.919.697.650.
Korban Tewas Jadi 5 Orang
Korban tewas banjir bandang di Tano Tombangan, Kecamatan Sayurmatinggi, Kabupaten Tapsel bertambah menjadi lima orang. Dua korban tambahan yakni Mariati boru Pane (36) dan Basaria Nasution alias Oppu Titin (80), Senin (5/4) malam. Sebelumnya, Mariati yang dirawat di RSUD Padangsidimpuan karena luka parah, sempat menyelamatkan putrinya saat banjir melanda, Sabtu (3/4) lalu.
Kepada METRO TAPANULI (grup Sumut Pos), Camat Sayurmatinggi, Sulaiman Pulungan ketika dikonfirmasi melalui telepon, Selasa (6/4) mengatakan, setelah dirawat selama tiga hari di RSUD Padang Sidimpuan, Mariati boru Pane meninggal dunia karenakan luka yang dideritanya cukup parah. Luka itu akibat benturan keras dengan kayu ketika menyelamatkan putrinya pada malam banjir bandang
“Nyawa korban tidak tertolong lagi, sehingga meninggal dunia di RSUD Padang Sidimpuan Senin malam sekitar pukul 22.00 WIB. Pada malam itu juga korban dibawa dengan menggunakan ambulans ke rumah duka di Desa Tanjung Medan, dan tiba sekitar pukul 22.30 WIB dan akan dikebumikan Rabu (7/4),” ujar Sulaiman.
Diungkapkan Sulaiman, selain Mariati boru Pane, ada satu korban banjir bandang lagi yang juga meninggal pada Senin (5/4) malam sekira pukul 24.00 WIB. Korban yakni Basaria Nasution alias Oppu Titin (80), warga Desa Tanjung Medan. Direncanakan, jenazahnya akan dimakamkan Rabu (7/4) di TPU Tanjung Medan.
“Ada satu lagi yang meninggal tapi tak dirujuk ke rumah sakit, karena saat kejadian luka yang dideritanya hanya lecet-lecet di sekujur tubuhnya. Kami menduga penyebabnya karena trauma, terkejut, dan fisik yang sudah lemah karena sudah tua. Jadi total korban meninggal akibat banjir bandang hingga saat ini lima orang. Sebelumnya 3 orang meninggal di hari pertama banjir bandang yakni Ompu Eko boru Sitompul (81), warga Desa Tanjung Medan, Wardiman Mendrofa (17) dan Hendri Mendrofa (15), warga Desa Aek Uncim. Keduanya masih saudara kandung,” ungkapnya.
http://www.hariansumutpos.com/2010/04/bmkg-banjir-karena-illegal-logging.html