Pengumuman yang dipercepat satu hari sebelumnya membuat kaget jantung
ini setelah membuka situs dari panitia. Kenapa kaget karena pengumuman
tidak tercantum nama saya dan yang tercantum 2 siswa saya yang masuk
grand final dan merupakan 2 sekolah yang berbeda yang saya bimbing untuk
mengikuti lomba tersebut. Lomba ini diselenggarakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan (balitbang) Pemerintah Kota Medan dalam
rangka hari teknologi nasional tahun 2013. Lomba berbentuk lomba karya
tulis ilmiah (LKTI). Lomba ini berhadian Rp. 99.750.000 (sembilan puluh
sembilan jutan tujuh ratus lima puluh ribu rupiah) untuk 3 kategori
yaitu siswa SMA/K/MA, Mahasiswa dan Umum.
Pengumuman itu dapat dilihat di :
http://balitbang.pemkomedan.go.id/berita-79-peserta-yang-masuk-grand-final-perlombaan-karya-tulis-ilmiah-tahun-2013.html
Kecewaan
ada pada diri ini karena tidak masuk 5 besar untuk grand final, namun
yang menjadi kebahagian karena 2 siswa atas nama Muhammad Fachmi (SMA
Harapan 1 Medan) dan Denis Muba Pandapotan Simanihuruk (SMA Negeri 15
Medan) merupakan 2 siswa binaan dalam kelompok ilmiah remaja (KIR).
Sedangkan 2 siswa lagi tidak masuk ke babak selanjutnya karena
berdasarkan penilaian juri belum diberi kesempatan untuk presentasi
untuk tahun ini. Dari berbagai sisi memang masih banyak kekurangan dari 2
karya siswa ini termasuk dari yang lainnya.
Siswa yang kalah
sangat sedih karena tidak masuk dan rasa penyesalannya tinggi, padahal
untuk kategori mahasiswa, abang siswa binaan saya masuk menjadi 5 besar.
Namun untuk memotivasinya agar dapat ikut pada lomba kesempatan
lainnya. Saya juga dalam beberapa bulan ini semenjak bulan Juni sampai
Oktober 2013 ini, sudah beberapa lomba diikuti namun saya kalah lagi
untuk masuk babak selanjutnya. Semuanya tragis karena pada lomba
sebelumnya pada bulan juni 2013 dan diumumkan pada akhir Juli 2013 saya
hanya diperingkat 15 dari 143 orang seluruh Indonesia dalam LKTI Guru
dalam keselamatan jalan oleh Kemhub Direktorat Perhubungan Darat.
Selanjutnya lomba lainnya termasuk dalam lomba blog dan lainnya.
Beberapa
siswa bimbingan juga tak masuk babak selanjutnya dalam beberapa
komptisi yang diikuti. Sedih rasayanya saya kalah lagi, bukan siswa yang
kalah, saya juga dapat kalah. Kalah bagi saya juga menjadi motivasi
untuk menjadi lebih baik lagi dalam berkarya dalam lomba karya tulis
selanjutnya. Sedih namun bercampur gembira karena kalah dalam diri ini
tapi gembira siswa saya yang masuk.
Pernah
berfikir, apakah saya seperti Mourinho Mantan Pelatih Porto FC, Inter
Milan, dan Real Madrid yang sukses melatih menjadi tim juara namun Mou
yang menyebut namanya The Special One tidak sukses di klub
besar sebagai pemain profesional. Apakah diri ini seperti itu juga?
Jawaban ada pada diri saya, karena selama ini juga kalau lomba jarang
sukses namun beberapa siswa binaan pernah meraih sukses besar sebagai
juara-juara di tingkat kota Medan, Propinsi Sumatera Utara dan Nasional.
Kekalahan
ini akan membuat jiwa ini harus menjadi besar, rendah diri, dan nilai
olimpis terus di bangun agar sebagai pembimbing tidak dilihat "loyo"
oleh siswa. Maka jadilah tauldan bagi siswa kita dalam berlomba walau
kita merasakan selalu kalah dalam berlomba.