Jumat, 20 September 2013

MARAH, MAAF DAN MIMPI



Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) melakukan kegiatan rutin setiap hari jum'at pada jam 14.00 s.d 17.00 WIB setiap minggunya. Namun beberapa siswa yang diajak masuk mengatakan bahwa hari ini tidak ada kegiatan KIR yang disampaikan pada saya, dan yang menyampaikan ialah anggota KIR yang saat ini juga berada di kelas XI dan anak guru di sekolah tersebut. Rasa heran muncul, kenapa hari libur??? padahal hari ini kan siswa tidak ada jadwal renang dari guru olah raga. Selain itu ketuanya masih ada di area belakang sekolah setelah melakukan kebaktian.

Semakin bingung rasanya kenapa hari ini libur, padahal beberapa siswa akan mengikuti kegiatan rutin yang sebelumnya tak pernah diikutinya. Sebelum shalat jum'at maka sms kebeberapa anggota yang juga sebagai pengurus inti dan mereka ada jadwal pertemuan untuk latihan debat yang akan diselenggarakan pada hari selasa, 24 September 2013. 

Setelah shalat jum'at selesai, melihat beberapa siswa selesai kegiatan di Mushalla setelah melakukan kegiatan keputrian dan beberapa siswa pulang dan ada siswa berjumpa yang ingin mengikuti pertemuan hari ini. Inisiatif pun melihat beberapa anggota sedang duduk di kelas sembari mengatakan bahwa hari ini tak latihan kan Pak?

Wui, pertanyaan ini muncul dan emosi memulai memuncak karena ketua memutuskan bahwa hari ini tak latihan. Tapi sebagai pembina harus menahan emosi dan menyapaikan bahwa hari ini latihan dan kerja kelompok akan diajarkan sama kak irma dan nurul. Setelah itu keluar dari kelas melangkah dan menghubungi pengurus lain, kenapa hari ini tak ada latihan? dan mereka pun merasa heran kenapa hari ini tak latihan padahal mereka sebagai pengurus tak tahu informasi itu. Emosi memuncak dan kemarahan berlanjut, sambil menahan emosi tinggi menghubungi agar mereka tetap melatih adik-adiknya yang lagi berkumpul di kelas yang biasanya untuk kegiatan. 

Saat itu, menghubungi pengurus yang sedang berada di kelas lain dan sembari berjalan menuju kelas pertemuan dan sembari berbincang meminta keterangan, mengapa hari ini tak ada pertemuan. 

N dan I yang saat itu mengerjakan tugas fisika sembari bercerita bahwa ingin difensasi untuk mengerjakan tugas fisika di power point dan saya sarankan untuk bertanya langsung dan kebetulan guru itu datang untuk persiapan rapat komite yang saat itu akan berlangsung bersama orang tua. 

Di depan salah satu ruang laboran, maka saya hubungi ketua inisial A, dan langsung dimana posisi sekarang? dan dijawabnya bahwa saat ini sedang dirumah. Ada kegiatan apa lanjut pertanyaan itu? kemudian dijawabnya bahwa tidak ada apa-apa. Mengapa kegiatan di liburkan, kan ada pengurus lain yang mengisi kegiatan tersebut? Mengapa ambil kebijakan sendiri kan pengurus bukan cuma 1 orang? Mengapa tak ditanya dulu sama saya kan saya bisa mengisi kegiatan tersebut? Siapa yang menyebarkan sms gar hari ini libur? dan berbagai pertanyaan terus mengalir dengan cepat sampai A tidak bisa menjawab dan terdiam karena MARAH oleh pembina memuncak di HP dengan layar yang pecah. Heran melihatnya karena baru 2 minggu dilantik, malah bikin ulah. Marah........... dan terus marah.

Saat di ruang pertemuan, memberikan isian formulir dan persyaratan dan tahapan lomba serta bertanya bagaimana persiapan lombanya? Apakah sudah dikumpulkan bahanya dan dimana si R? Mau lomba atau tidak. isi formulir ini dan pertanyaan selanjutnya, mengapa tulisannya gunakan pulpen warna biru. Marah lagi-marah lagi

Setelah kegiatan lain berlalu di sekolah, beranjak pulang karena sudah sore, bertemulah dengan R yang merupakan pengurus juga. R juga adalah tim debat yang tidak datang pada jam 2, padahal disampaikan teman 1 timnya akan datang jam 2 dan berangkat ke gramedia dan pulang langsung ke sekolah untuk latihan debat. Saat baru keluar pintu gerbang, nampak R sedang duduk dengan teman-temannya? Pertanyaan muncul dengan rasa marah, di atas motor, di depan pintu gerbang dan dipinggir jalan. Mengapa tak datang latihan? Kan bisa lain hari membeli alat-alatnya? Kenapa belum latihan? Apakah bahan sudah dikumpulkan?

Heran-heran....
Mengapa terus marah, apakah karena mereka tidak bisa memuaskan hati ini untuk membangun ekskul ini berprestasi atau karena mereka terlalu sepele atau masih sibuk dengan tugas-tugas sekolahnya yang menumpuk? Padahal banyak peluang untuk menang beberapa lomba, bergengsi, gratis ke jakarta kalau menang dan besar pula hadinya. Tapi itulah siswa yang masih butuh bimbingan, mereka itu masih labil dan masih ingin banyak bermain dengan teman-temannya.

Maafkan ayahmu ini, begitu panggilan mereka. Karena saya ingin mereka berhasil dan prestasi dan menunjukan bahwa mereka bisa bersaing dengan yang lain

ITULAH MIMPIKU !
BUKTIKAN............
KAPAN LAGI ....