Sabtu, 01 Mei 2010

Pameran Seni Membuat Peta

Pameran seni membuat peta

Peta Laut Tengah
Peta Laut Tengah buatan Diogo Homem tahun 1570 lebarnya lebih dari 1 meter
Bagi banyak orang, kata peta membuat mereka membayangkan ruang kelas berdebu dan guru geografi.
Tetapi sebuah pameran baru di Perpustakaan Nasional Inggris bernama Magnificent Maps bertujuan untuk mengembalikan seni mengenai bagaimana kita melihat dan menggunakan peta-peta tua yang seringkali dibuat dengan indah itu.
Peta-peta yang dipamerkan lebih dari sekedar penelitian topologi sebuah negara atau benua. Jenisnya sangat beragam, begitu juga dengan dekorasinya.
Hiasan peta terdiri dari gambar anjing pemburu sampai monster laut dan bayi-bayi bersayap yang menunjukkan arah angin dalam peta.
Kurator pameran Peter Barber dan Tom Harper dengan hati-hati memilih memilih 80 peta dinding mengagumkan dari 4,5 juta peta dalam koleksi perpustakaan itu.
Sebagian dari peta itu tidak pernah diperlihatkan kepada publik.
"Kami ingin menunjukkan bahwa peta bisa artistik, jadi kami sengaja memilih peta yang tampak indah," kata Barber.
Peta-peta yang dipamerkan dibuat dari tahun 200 sebelum Masehi sampai zaman sekarang.
Sebagian dibuat dari perak, diukir di kayu atau marmer atau ditenun ke dalam permadani yang dibuat untuk dipasang menjadi hiasan dinding berdampingan dengan lukisan-lukisan terkenal dunia.
Karta Laut Tengah buatan Diogo Homem dari tahun 1570 dihiasi emas, sementara Peta Dunia karya Pierre Descelier dari tahun 1550 yang menjabarkan sejarah alam dunia dilukis dengan tangan.
Tujuan utama hampir semua peta di sini adalah propaganda, karena propaganda bisa menggalang kekuatan.
Peter Barber
Peta perang karya Fred W Rose menggambarkan kebijakan luar negeri Rusia dengan tentakel gurita yang mengancam dan menjerat Kesultanan Usmaniyah.

Propaganda

Selain kualitas estetika ketrampilan dan kreativitas para para kartografer atau pembuat peta juga memiliki tujuan, jelas Barber.
"Tujuan utama hampir semua peta di sini adalah propaganda, karena propaganda bisa menggalang kekuatan."
"Tetapi kekuatan itu bukan berarti kekuatan politik, bisa saja untuk status, seperti peta properti luas milik seorang saudagar kaya. Dan sebuah peta harus tampak indah agar bisa menjadi simbol status."
Tetapi pandangan itu tidak didukung oleh sebagian pencinta peta. Seni, menurut mereka, tidak memiliki tempat di dalam peta.
"Sejak sekitar tahun 1800 banyak orang cenderung menghubungkan peta dengan geografi matematis, tetapi anggapan bahwa sebuah peta tidak boleh indah merupakan anggapan yang sempit," tambah Barber.
"Banyak orang menganggap kami dangkal dan salah karena mengikutsertakan peta dekoratif dalam pameran ini. Mereka tidak menghargai seni dan menganggap bila peta tidak ada hubungan langsung dengan geografi dan ukuran, peta itu seharusnya tidak dipilih."