Selasa, 20 Oktober 2009

Setiap Anak Cerdas

BOOK REPORT AKAN CERDAS

Judul Buku : Setiap Anak Cerdas! “Panduan membantu anak belajar dengan memanfaatkan multiple intelligence-nya”
Pengarang : Thomas Armstrong
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Tahun Terbit : Agustus 2002
Halaman : 302 + xi halaman
Jumlah Bab : 13 Bab + Penutup

A. Pendahuluan
Anak memiliki kecerdasan tersendiri dari lahir dan akan nampak perubahan ketika mempunyai minat terhadap seseuatu yang merangsangnya. Bakat kecerdasan itu dibawa sejak lahir dan minat tumbuh karena faktor lingkungan internal dan eksternal. Selama ini di sekolah sebagian guru dan sekolah telah mematikan kreatifitas anak-anak karena memiliki kelainan dalam belajarnya sehingga dianggap memiliki kelainan psikologis. Oleh karena itu kreatifitas yang seharusnya dihidupkan dengan cara-cara atau pendekatan tertentu tetapi berbeda halnya dengan dengan kondisi di sekolah.
Anak-anak itu dilahirkan ke bumi memiliki kecerdasan yang berbeda-beda sehingga kita diharapkan mengetahuinya itu dan membantu anak tersebut untuk memanfaatkan kecerdasan yang dimilikinya. Kecerdasan itu seperti belajar-linguistik, logis-matematis, spasial, kinestetik-jasmani, musik, interpersonal, antarpersol dan naturalistik dapat kembangkan sesesuai dengan kecerdasan masing-masing. Dengan inilah book report ini disusun untuk mengkaji tentang kecerdaasan pada anak yang sebagian orang tidak mengetahuinya. Kita diharapkan bisa membantu anak tersebut untuk belajar sesuai kecerdasan yang dimilikinya. Maka dengan ini book report dapat menjadikan kita juga ikut cerdas dan menambah wawasan tentang psikologi anak.

B. Pembahasan
Buku yang ditulis Thomas Armstrong membuka wacana baru dunia pendidikan teruatama di Indonesia yang terkait dengan hasil penelitian Gardner tentang kecerdasan majemuk pada diri anak-anak. Kondisi menjadikan Thomas Armstrong membuat buku yang menggugah kita terutama guru untuk bisa membantu kecerdasan anak ini dengan berbagai cara. Selam ini terjadi di sekolah telah terjadi hal pematian kecerdasan anak sehingga anak-anak tidak cerdas dalam penyelesaian masalah. Dengan demikian perlu membaca buku ini untuk menjadi renungan bersama sebagai baban perbaiakan pembelajaran di Indoensia.
Dalam buku ini terdiri dari 13 bab dan topik sebagai penutup pada buku ini. Pada bab 1 membahas Dunia Gersang Lembar Latihan : Terabaikannya Bakat dan Kemampuan di Sekolah. Anak-anak sebagai manusia diberikan keunikan sebagai karunia, bakat dan kemampuannya yang diabaikan oleh sekolah yang kemudian diberikan label sebagai penderita attention defecit disorder (ADD) atau yang dikenal dengan gangguan kurang perhatian, attention defecit hyperactivity disorder (ADHD) atau gangguan hiperaktif kurang perhatian, learning disabled (ketidakmampuan belajar), atau underachiever (berprestasi di bawah kemampuan). Jutaan pelajar tampak seolah mencapai kemajuan akademis yang memuaskan, tapi batin meraka sekarat karena karunia dan kemampuan sejati meraka tidak dibangkitkan oleh sekolah. Sekolah-sekolah selama ini telah menghilangkan kemampuan untuk menanggapi perbedaan individual. Tujuan buku ini adalah untuk membantu kita terutama guru untuk mengembalikan martabat anak-anak dengan menemukan cara anak-anak belajar yang terbaik dan belajar menurut mereka sendiri.
Pada bab 2 membahas tentang Delapan Cara untuk Berkembang : Menemukan Multiple Intelligence Anak. Sebagian orang dalam masyarakat kita, meski mungkin mereka sebenarnya mempunyai kesadaran yang lebih besar, berbicara seolah semua individu bisa dinilai dengan menggunakan satu takaran, yaitu takaran seberapa pandai atau bodohnya meraka. Cara pandang ini sangat dalam tertanam pada diri kita. Secara ilmiah evaluasi sesempit ini sebenarnya salah dan mempunyai konsekuensi sosial yang sangat merusak. Dalam bab ini dipaparka delapan melihat dunia anak-anak yang sangat penting walau tidak mencakup semua cara belajar yang ada. Setidaknya delapan cara ini memberi gambaran yang lebih menyeluruh dari pada evaluasi kita selama ini.
Bab 3 membahas Menguji Kegagalan: Perangkap Tes Formal. Emile Zola mendapat nilai nol dalam mata kuliah sastra di Lycee St. Louis di Prancis dan juga tidak lulus mata kuliah bahasa jerman dan retorika. The Beaux menolak Cezanne ketika ia mendaftar menjadi mahasiswa. Einstein tidak lulus ujian masuk bidang zoologi, botani dan bahasa. Maka dalam bab ini bagaimana kegagalan menjadi sebuah tes yang formal dan tidak memberikan arti baik pada dunia pendidikan. Inilah pengatar dari bab ini akan membahas tirani tes, tes generasi baru, mitos “tes objektif”, mimpi buruk persentil, melindungi anak anda dari tes formal, meneliti catatan sekolah, metode evaluasi alternatif, penilaian sebagai pengalaman positif, membahas hasil tes dengan anak anda, mengajar untuk tes. Inilah akan mengungkapkan tes yang selama ini terjadi di sekolah dan kritikannya tes sangat menggungah pembaca buku ini dengan logis dan sistematis.
Dysteachia: Alasan Sebenarnya Mengapa Anak Tidak Berkembang di Sekolah. Pendidikan formal adalah topik pada bab 4. Kegiatan yang begitu rumit, kaku dan terlalu diatur sehingga proses belajar dianggap sebagai sesuatu yang sulit dan otak lebih suka tidak melakukannya. Guru cendrung berfikir bahwa belajar adalah suatu peristiwa khusus, membutuhkan insetif dan imbalan istimewa, bukan sesuatu yang secara alami akan menjadi pilihan orang untuk dilakukan. Otak tidak bisa dituding sebagai penyebab kengganan untuk belajar.
Belajar adalah fungsi utama otak, pusat perhatiannya yang pernah tergeser dan menjadi gelisah serta prustasi jika tidak ada pembelajaran yang harus dilakukan. Kemampuan belajar yang besar dan tak terduga tanpa perlu bersusah payah. Oleh karena itu dalam bab ini menggambarkan latar belakang sekolah itu tidak berkembanga dengan kreatifitasnya. Dalam bab ini pula ada empat yang membunuh semangat belajar (talk, text book, task analysis dan Tracking) yang diungkapkan dengan bagian topik tersebut seperti terlalu banyak teacher talk, penggunaan textbook, yang berlebihan, penekanan yang berlebihan pada pengajaran ketrampilan, terlalu mengandalkan pengelompokan anak berdasarkan prestasi atau kemampuan. Selanjutnya bab ini akan mengkaji pendidikan khusus: sebuah ekologi yang berdiri sendiri.
Akibat yang paling menghancurkan dari keseluruhan mitos LD dan ADD adalah bahwa para guru jadi semakin mudah menyingkirkan murid yang mempelajari materi dnegan cara ditetapkan ke luar ruang kelas normal mereka. Seperti yang dinyatakan sebuah penelitian federal tentang pemberian label “learning disability” mempunyai daya tarik karena istilah ini menyiratkan kondisi saraf khusus yang tidak bisa ditentukan siapa penyebabnya. Begitu juga dengan bagian topik dibalik kebosanan : cara sebenarnya anak-anak belajar. Banyak anak-anak yang dianggap salah dalam mereka melakukan gaya belajarnya sehingga terjadi kebosanan yang sangat cepat. Dan bagaimana anak akan mendapatkan pendidikan terbaik untuk anak anda. Ada juga akan diungkapkan lima pilihan untuk menyekolahkan anak anda. Inilah bahasan terakhir pada bab ini untuk mencari solusi dalam menyekolahkan anak untuk mengembangkan kecerdasan pada dirinya.
Thomas Amstrong menuliskan pada bab selanjutanya dengan judul Belajar dengan Cara Mereka Sendiri : Memberikan di Rumah Apa yang Mungkin Tidak Di dapat Anak di Sekolah. Bab ini akan memberikan gambaran tentanga bagaimana cara yang tepat untuk memotivasi anak dan menciptakan perubahan di dalam kelas dalam pemamaparan yang singkat terkait dengan delapan kecerdasan anak.
Menemukan cara yang tepat untuk memotivasi anak anda dengan cara-cara yang sesuai. Menciptakan perubahan dalam ruang kelas sehingga anak mampu belajar sendiri. Dalam bab ini akan ditemukan bagaimana anak-anak akan dapat menemukan kecerdasan-kecerdasan yang dimiliki seperti pada kecerdasan bahasa-linguistik diajarkan membaca spasial dan sebagainya.
Bab ke enam menjadi kelanjutan bab 5 tentang pembahasan buku ini. Penguasaan Tubuh: Belajar secara Fisik. Kata-kata dan bahasa sesuai yang ditulis atau diucapkan tampaknya tidak memainkan peran apapun dalam mekanisme pikiran. Kesatuan fisik yang tampaknya berfungsi sebagai unsur sedikit banyak gambaran jelas bersifat visual serta beberapa yang berkaitan dengan otot. Bab ini akan digambarkan kecerdasan dimulai dalam tubuh, mengembalikan tubuh ke dalam proses belajar, menghilangkan stres tubuh saat periode belajar akademis dan strategi belajar kinestetik serta menggunakan tubuh untuk mengajarkan 3 M. Papan Tulis Mental: Mengolah Daya Khayal dalam Belajar sebagai bab pertengahan dalam buku ini. Bab ini akan memarkan bagaiaman melihat berarti memahami dari image ke pikiran abstrak, memvisualisasikan keberhasilan dalam belajar.
Pada bab 8 Mengajar dengan Perasaan: Membuka Hati untuk Belajar yang akan mengambarkan pada bagian terakhirnya dengan melibatkan anak dalam perencanaan pendidikan sebagai proses belajar dan pembelajaran. Dunia batin stress yang akan dituangkan dengan sistematis dan menyeluruh. Stres yang terjadi pada anak terlahir dari tekanan dan kondisi lingkungan. Kecerdasan emosi : ketrampilan dasar baru, dan menghapus stres lingkungan belajar akan dibahas dengan cara mengurangi stres itu dari lingkungan anak. Meringankan beban anak di rumah dan sekolah tidak akan menjadi beban dirinya sehingga stres dapat dikurangi. Cara lain mengurangi stres perubahan dari kemarahan menuju membaca: belajar secara emotif, memilih untuk belajar dan terakhir adalah melibatkan anak dalam perencanaan pendidikan sehingga anak akan merasa dihargai dan bisa berpartisipasi dalam kegiatan belajarnya.
Demikian juga pada bab 9 Jaringan Belajar : Membangun Sistem Pendukung dalam Kehidupan Akademis Anak. Berdua lebih baik dari pada seseoarang diri karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka. Karena kalau mereka jatuh, yang seorang mengangkat temannya tetapi celakalah orang yang jatuh yang tidak mempunyai orang lain untuk menganggkatnya. Pembahasan pada pembelajaran simbiosis ini menjadi bagian utama dalam bab 9 atau bekerja sama anak dan guru dan temannya.
Di balik lembar PR : Belajar bersama dalam kehidupan nyata adalah memberikan anak untuk berinteraksi yang terjadi antara anda dengan anak dan belajar dalah satu ketrampilan yang paling rumit di dunia. Mempraktekan apa yang diajarkan dengan contoh-contoh. Anak dan guru belajar dengan bekerja sama, belajar dengan teman sebagai bahasan akhir bab ini. Dengan demikian anak didukung oleh diluar kehidupan akademis anak sehingga jaringan belajar itu dapat tumbuh dan berkembang.
Pengharapan Besar: Menciptakan Keyakinan Positif dalam Diri Anak dan Anda Sendiri untuk bab 10 sebagai suatu hal yang diberikan guru terhadap anaknya. Perlakuan orang seolah mereka sudah menjadi apa yang mampu mereka wujudkan dengan demikian guru membantu mereka mewujudkannya adalah rangkaian kalimat yang ada pada bab ini. Ini harus dilakukan guru terhadap anak didiknya. Waspadailah label-label sekolah yang akan mempengaruhi perkembangan anak sehingga tidak akan tumbuh keyakinan pada diri anak. Alkimia pengharapan untuk melihat prilaku belajar sebagai sifat positif dan menemukan ketrampilan dan minat.
Memupuk yang positif dengan menghindari pujian yang berlebihan dan menggunakan minat dan kemampuan sebagai sarana belajar anak dan membiarkan anak berkembangn cara mereka sendiri adalah pembebasan pada anak sehingga tumbuh keyakinan kemandirian.
Bab 11 Sikap Sabar: Menghargai Kecepatan Belajar Anak. Pelan sebagai ssesuatu yang baik adalah bagian pertama sub bab ini dengan mengutamakan kesabaran terhadap setiap pembelajaran yang berlangsung. Pelan sebagai sesuatu yang baik sehingga memberikan keuntungan menjadi Late Bloomer. Seni kesabaran : beberapa pedoman dalam membangun pentingnya kesabaran pada diri anak dalam membangun sikap tersebut dengan keyakinan. Mengenali kuntum ketika kita melihatnya sebagai apresiasinya dan menghormat kebun masa kanak-kanak sebagai suatu pencerminan kita terhadap anak-anak. Anak-anak ada perbedaan dalam kecepatan belajar sehingga dibutuhkan penghargaan dengan melihat ini sebagai suatu keunggulan untuk mengembangkan kemampuannya dengan kesabaran yang dimiliki. Oleh karena perkembangan alamiah seorang anak tidak mengikuti jalan yang mulus dan bisa ditebak. Anak-anak itu akan tumbuh impulsif dan tidak teratur sehingga anak dianggap bermasalah. Oleh karena itu kita diharapkan untuk memiliki kesabaran untuk menghargainya.
Pada bab 12 Pintu Persepsi: Membantu Mengembalikan Kepekaan Indra Anak. Jika anak menanyakan sebuah nama dan etah mengapa tidak mendapatkannya, anak itu akan merasa bahawa orang tua tidak ikut berbagi pengalaman itu atau memberinya sanksi. Konsep peristiwa ini takkan terisi, makanya akan tetap dangkal dan akhirnya lenyap begitu saja. Terjadilah pengabaian selektif.
Teori indra terpadu sebagai sub bagian dari bab ini untuk mengungkap tentang indra yang dimiliki anak-anak. Semakin banyak “petunjuk cara mengerjakan” yang diterima seorang pelajar, semakin besar kemungkinan dia menghalangi upayanya sendiri.
Bab 13 Ekologi Belajar: Memberikan Lingkungan yang Membangun bagi Anak. Anak sedang berkembang adalah sebuah kesatuan psikologi dan biologis yang memerlukan gizi optimal. Gizi dapat didapat dai banyak sumber termasuk penglihatan, pendengaran, sentuhan, gerakan, pendampingan, kasih sayang dan makanan. Ruang untuk bergeraka yang dijadikansebagai sebuah variabel ekologi, meluangkan waktu untuk belajar : faktor temporal, dampak suara-suara lingkungan pada belajar, menjernirhkan udara untuk atmosfer belajar yang lebih baik.
Ekologi belajar sebagai suatu faktor yang dapat mempengaruhi kehidupan anak terutama dalam perkembangan pertumbuhan dan kecerdasannya. Dengan demikian perkembangan anak cepat dan kreatifitasnya tidak terhalang. Kondisi udara dan kegaitaan yang alamiah menjadi kekuatan dan motivasi bagi anak untuk mensesuaikan dengan gaya belajarnya.
Bab 14 Pelajar Masa Depan yang mengkaji bahwa semua pendidikan bersumber dari gambaran masa depan. Jika gambaran masa depan yang diyakini masyarakat melenceng jauh, maka sistem pendidikan akan mengkhianati kaum muda. Bagian ini memberikan berbagai sumber materi yang akan membantu kita menerapkan beberapa saran dalam buku ini. Program-program menarik bagi anak-anak yang mengekploitasi spektrum kemampuan belajar-linguistik, logis-matematis, spasial, kinestetik-jasmani, musik, interpersonal, antarpersol dan naturalistik. Dengan menciptakan lingkungan yang khusus dibuat sesuai kebutuhan mereka, kita akan membantu meraka untuk benar-benar mulai belajar.
Inilah pembahasan buku ini yang dipaparkan oleh Thomas Amstrong dan ia juga memberikan pedoman bagi orang tua mengenai multiole intelligence. Inilah kelebihan buku ini sehingga mudah untuk dibaca bersama teruatama guru dan orang tua sehingga anak akan berkembang kecerdasannya yang dimiliki. Buku in juga diambil dari berbagai buku dan makalah yang menarik yang diseminarkan di seluruh dunia tentang pendidikan terutama tentang kecerdasan pada anak.

C. Penutup
Buku ini diterbitkan oleh pengarang Thomas Armstrong menjadikan bahan refensi bagi kita terutama yang terjun di dunia pendidikan termasuk orang tua. Buku yang menggambarkan tentang anak-anak yang memiliki kecerdasan diungkap dan faktor yang mempengaruhinya serta bagaimana menemukan kecerdasan itu. Bukan saja menemukan kecerdasan itu saja tetapi kita diharapkan dapat membantu anak untuk belajar sesuai dengan kecerdasan dominan yang dimilikinya.
Sedikit buku yang menerbitkan tentang kecerdasan anak ini di Indonesia, tetapi beberapa buku telah terbit yang berkaitan tentang kecerdasan anak ini. Buku-buku yang juga mengupas tentang hal ini misalnya karya Andi W. Gunawan tentang Genius Learning Strategy dan Born to be A Genius yang mengangkat tentang kecerdasan anak serta gaya belajar anak serta kepribadiannya. Begitu juga dengan Amir Tengku Rampli dengan Pumping Teacher, Pumpung Student dan Pumping Talent.
Dengan demikian kita harus membaca buku kecerdasan ini sebagai referensi kita dan ini kecerdasan majemuk merupakan sebagai teori dan dapat diterapkan dalam pendidikan kita.