MENU

Kamis, 11 Juli 2013

Mengapa Kurikulum 2013 Dilaksanakan

 
Olimpiade Sains Nasional (OSN) dan kurikulum 2013 adalah dua hal yang menjadi topik pembicaraan saat bertemu dengan Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Atas (SMA) yang baru, Harris Iskandar Ph.D di ruang kerjanya. Selaku Direktur, banyak kegiatan yang sudah menanti dan kesibukkan ini mencerminkan bahwa SMA memiliki aktivitas yang perlu memeroleh  pembenahan dan perhatian yang lebih serius lagi. 
Usai  bertemu dengan Pasiad (sebuah lembaga pendidikan dari Turki), untuk melakukan kerjasama alam bentuk MoU dalam  penyelenggaraan ISPRO (International Sains Project), yang hampir sama dengan Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI), Direktur juga bertutur tentang mengapa kurikulum 2013 dilaksanakan. Ada pun ISPRO sendiri menurutnya seiring sejalan dengan perubahan kurikulum sekarang, sebab project base sains para siswa Indonesia akan menuju ke arah yang lebih berpikir. Sedangkan pelaksanaan ISPRO sendiri bisa di Indonesia atau berpindah-pindah negara.
OSN, Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N), Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) dan kegiatan lainnya yang selama ini sudah berjalan dengan baik, menurut Direktur tetap dilanjutkan. “Bahkan, setiap cabang itu harus punya target kinerja, misalnya memeroleh medali emas. Tiap cabang itu minimal satu emas, kalau yang sudah biasa satu ya, dualah untuk tahun 2013 ini. Hal ini saya sudah sampaikan kepada para pembina. Kalau tidak, bisa terjadi reorganisasi mengenai  cara pembinaan dan mungkin pembinanya harus diganti.” Tegasnya.  
Revisi Peraturan
Revisi peraturan untuk olimpiade-olimpiade itu akan diperluas, artinya, kejuaraan internasional yang bukan diselenggarakan oleh pemerintah pun harusnya masuk kedalam hitungan pemerintah. Sekarang ini  yang tidak disiapkan oleh pemerintah tidak diakui, sebaiknya persepsi seperti itu dihentikan. Tak ada salahnya untuk mengakuinya sebab itu adalah bentuk dukungan. “Begitu juga dengan lomba-lomba lainnya, seperti debat bahasa Inggris, serta kompetisi-kompetisi internasional di mana kita juga meraih medali namun  tidak masuk dalam hitungan kita. Tokh mereka juga bangsa Indonesia. Semua komponen bangsa juga Indonesia, jadi setidak-tidaknya diakui.” Harapnya.
Di samping itu, Harris Iskandar juga menjelaskan tentang revisi peraturan menteri berkaitan dengan  pemenang-pemenang OSN yang akan masuk di dalam universitas-universitas negeri di Indonesia. Menurutnya, para rektor harus melakukan recruitment talent, sebab itu sangat penting. Selama ini mereka sudah melakukan kompetisi yang cukup ketat, contohnya Universitas Indonesia (UI), selection rationya  8 persen, lebih ketat daripada Harvard, sebab demand di sini tinggi, jadi perguruan tinggi bersikap seperti itu, sementara  kesadaran akan produktivitas sebuah universitas itu dari talentnya. “Kalau di universitas luar negeri sudah sadar betul, mereka aktif mencari talent-talent yang jenius itu, termasuk juara-juara sains kita. Mereka ditawari masuk ke universitas di sana, contohnya seperti Singapura, Amerika dll. Kemudian terjadi insiden seperti drop out siswa jebolan OSN di ITB,  ternyata dia tidak bisa di mata kuliah lainnya. Hanya fokus di mata kuliah itu, nah hal ini dalam pembinaannya yang harus dirubah, jangan sampai model pembinaan di China diberlakukan di sini, di sana kan sistem pembinaannya berlangsung setahun, jika terus begitu, maka mata pelajaran lainnya akan terlupakan, jadi tidak seimbang. Si anak jadi tidak berkembang. Pola pembinaan juga penting, jangan nanti anak itu kemudian terisolir dari dunianya.” Ujarnya.
Menurut Harris, OSN sudah bagus dilaksanakan dengan berjenjang, dana dari Pemda bisa digunakan untuk itu, UUnya pun sudah ada, yaitu UU Pendidikan Tinggi No. 12 tahun 2012 yang tertulis;  dana Pemerintah Daerah boleh untuk menunjang perguruan tinggi artinya menganggarkan ke perguruan tinggi sudah boleh, hal ini untuk membantu olimpiade. Dan ini juga sama dengan memajukan   daerahnya. Karena kalau semuanya terkonsentrasi di pusat, apa artinya desentralisasi? Maksudnya supaya semua elemen turut berpartisipasi sebab saat ini gaung OSN di beberapa daerah kredibilitasnya meningkat. “Jadi perhitungkan itu, kalau siswa dapat medali di OSN, itu kan suatu kebanggaan dan Pemda akan tergerak untuk memberikan bantuan dalam pembinaan sekolah-sekolah di daerahnya. Memang itu yang kita harapkan. Itu impian semua sekolah.” Tegasnya.
Kurikulum 2013
Ada tiga program dalam kurikulum 2013 yang perlu ditambahkan dan diamanatkan  untuk SMA, pertama Pendidikan Menengah Universal (PMU),  kedua Kurikulum 2013, Ketiga Anti Tawuran/kekerasan.  Program Pendidikan Menengah Universal sebanyak mungkin memberikan peluang bagi anak usia sekolah untuk bersekolah. Mereka bisa memasuki sekolah formal maupun non formal. “Bahkan saya sedang menjajagi SMA Terbuka yang dulu pernah ada. Dan intervensi di program perluasan PMU ini adalah Unit Sekolah Baru (USB), Ruang Kelas Baru (RKB), BOS (Bantuan Operasional Sekolah) dan BSM (Bantuan Siswa Miskin). Itu instrumen policynya.  Sedangkan target untuk konstruksi kelas baru, saat ini baru mencapai 500-600 milyar, sedangkan targetnya 4 trilyun. Jadi tidak cukup, jika ada sponsor, itu langkah yang bagus. Mereka, para sponsor itu, kita abadikan nama-nama mereka di ruang kelas. Karena dengan begitu nama-nama yang menyumbang akan dikenang terus. Nama itu terukir dan tetap tetap ada. Program ini terus berjalan sampai tahun 2020.” Terangnya.
Kurikulum baru ini akan diimplementasikan mulai tahun ajaran 2013, paradigmanya, di negara lain disebut kurikulum pembelajaran abad 21. Sebab disadari  atau tidak, para siswa Indonesia sudah hidup pada jaman yang berbeda, dan sekarang ini, ada gap antara generasi muda dengan yang tua, era teknologi pun menggiring mereka untuk selalu memanfaatkan keberadaan teknologi yang dari waktu ke waktu berkembang dengan cepatnya. “Jadi, jika kita tidak berubah mengikuti perkembangan jaman, kita akan ketinggalan, Kita menyiapkan mereka/para siswa untuk menyongsong masa depan, dan hampir di semua lapangan pekerjaan diisi dengan mereka yang berpendidikan S1. Jadi perkembangan ke depannya sangat luar biasa.  Kurikulum baru ini disiapkan lebih fleksibel, bahkan di perguruan tinggi kita memasukkan Kerangka Kualisifikasi Indonesia (KKI) dan sudah didisain sepuluh tahun yang lalu.” Ucap Harris Iskandar. 
Dalam wawancara, Direktur Pembinaan SMA menjelaskan, bahwa di dalam pendidikan  ada pendidikan akademik, vokasi, dan profesi, sekarang ini, ketiganya jalan sendiri-sendiri dan rigid. Sedangkan di KKI lebih fleksibel dan bisa saling mengakui, semuanya paralel, itu sama dengan S1, bahkan di situ  ada S1 terapan, S2 terapan, dan S3 terapan. Nah di bawahnya, SMA-SMK. Dengan kurikulum ini kita mempertipis perbedaan SMA dan SMK. Poinnya adalah, di sekolah menengah itu memersiapkan anak supaya mandiri dan menjadi manusia dewasa, lalu masuk ke perguruan tinggi. Sedangkan SMK lebih ke menghukum masyarakat, menstratifikasi masyarakat secara ekonomi, karena mayoritas siswa  SMK itu berasal dari golongan menengah ke bawah. Jarang ada orang kaya yang memasukkan anak-anaknya ke SMK, sehingga ada anekdot SMK itu disebut sebagai Sekolah Menengah Keponakan. “Jadi kalau dari kampung titip keponakan ke kita,  anak kita masuk SMA sedangkan keponakan masuk SMK saja biar cepat kerja. Ini stigma masyarakat, sistem kita juga demikian, sekolah itu untuk menengah ke bawah. SMK bukan semata-mata minat anak untuk dialokasi, karena ingin cepat kerja, itu tidak demikian.” Paparnya.
Penjurusan  SMA Dihilangkan
Dengan adanya kurikulum 2013 jarak SMA dan SMK semakin dekat, karena ada 24 mata pelajarannya yang sama, yauti kelompok wajib 6 mata pelajaran. Khusus SMA penjurusan dihilangkan, ‘penjurusan’ itu juga sebenarnya dinding tebal dan dirubah menjadi ‘peminatan’, dengan adanya kata ‘peminatan’ dinding tebal menjadi dinding yang tipis. Dalam kurikulum ini, siswa di jurusan IPA boleh mengambil mata pelajaran ekonomi, di samping mata pelajaran bahasa. Selain itu juga diberlakukan sistim SKS (Sistem Kredit Semester). 
Kepala Sekolah menjadi challengenya ia menerapkan beragam manajemen, yaitu, manajemen pembelajaran, manajemen recources, dan manajemen sekolah. Sekarang implikasinya sudah terlihat, hampir semua siswa memilih jurusan IPA, padahal secara nasional 65% IPA, 30% IPS , dan 5% Bahasa. Itulah sebabnya penjurusan dirubah ke peminatan dan dalam hal ini yang dirubah strukturnya. Kurikulum untuk abad 21 spesifikasinya diperluas, di situ ada kemampuan IT yang harus dimiliki tiap siswa khususnya dalam komunikasi, kemudian kemampuan life skill serta kemampuan social skill atau beradaptasi, faktor itu di dunia kerja memeroleh nilai yang tinggi. Yang tak kalah pentingnya,  topbility seseorang harus bagus, sebab saat ini spektrumnya lebih lebar. 
Learning kognitif  di kurikulum 2013  ini lebih mendalam,  jadi dalam pembelajaran, berbagai pokok bahasan diharapkan si guru yang pandai dalam mendelivery ilmunya itu jangan semuanya deduktif, harus ada discovery learning, inquiry. “Guru jangan menyuruh anak untuk menghafal rumus lalu mengerjakan soal, akibatnya kelak si siswa akan menjadi pekerja saja. Tapi lebih kepembelajaran, dicoba kunci-kuncinya sehingga  sampai pada kenyataan pada faktor-faktornya, pokoknya pendekatan yang dilakukan lebih ke project base. 
Ada dua ciri yang paling utama dalam kurikulum abad 21, yaitu kolaborasi  dan creativity, para pendidik mengembangkan kreativitas anak  dan berkolaborasi. Karena abad ini adalah abad kolaborasi, abad persaingan sudah tertinggal, sebab di bawah persaingan itu adalah kolaborasi.” Tambah Harris Iskandar.  Dengan padatnya waktu dalam mengikuti proses belajar mengajar, maka kemungkinan tawuran terhindarkan, siswa lebih banyak berada di sekolah, berdiskusi, membaca di perpustakaan dan melakukan pengembangan diri lainnya, dengan demikian pendidikan karakter bangsa juga tumbuh dalam diri mereka. Fanny J.Poyk
 
Sumber : http://124.81.93.52/home/opini_detail.php?id=MTQ3