PEMBERDAYAAN SUMBER BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI
Sofyanto
Abstract
Geography is science which studying various existing phenomenon and happened on the surface of earth, in consequence its study items coverage very wide. Characteristic study of geografi obliging teacher explain relevant between physical indicator and social factor indicator, and also its one with is other, claiming optimal teacher its study process effectively. Using various strategy/model study is powered which can matter of teacher to motivate involvement of student actively use multifariously source of study of geography. This matter is expected can dribble and send student at domination of better interest. Sources learn geography which believe in, hence required by enableness in an optimal fashion so that process that goes on can walk in line with is existing. To reach result instruction optimal student is also required adjustment between student characteristic with characteristic of is source of instruction geography. Enableness of source learn as one of optimise of result learn student in course of study in school so that geography as science having big meaning and meaning to life.
Keyword : Resource Based Instruction, Instruction/Learning, Geography,
A. Pendahuluan
Penyelenggaraan pembelajaran telah dilakukan siswa secara terarah, teratur, dan terencana sesuai perkembangan dan kemampuan siswa. Salah satu keterampilan yang harus dimiliki oleh guru adalah kemampuan menggunakan sumber pembelajaran, kemampuan ini tergantung kepada kajian ilmu yang sedang diajarkan. Geografi sebagai ilmu yang mengkaji relasi, interrelasi, dan interdependensi antara kondisi alam dan makhluk hidup yang ada di atasnya, menuntut keterampilan khusus untuk dapat mengajarkannya kepada peserta didik, sehingga citra dan konsep ke-geografian dapat dikuasai dengan maksimal. Sumber pembelajaran ilmu geografi adalah semua gejala yang ada di alam, namun untuk datang sendiri ke lokasi yang sedang dipelajari tentulah amat sulit dengan begitu luasnya permukaan bumi yang sedang dipelajari. Karena itu gejala-gejala yang sedang dipelajari dapat dilihat di berbagai sumber, dan pada pembelajaran di sekolah digunakan buku-buku geografi, peta, atlas, globe, dan lain sebagainya. Melalui alat ini gejala dan fenomena permukaan bumi dapat dikaji dan dipelajari secara mendalam.
Hasil belajar geografi siswa yang masih rendah dalam pencapaian kompetensinya sebagai suatu masalah yang harus diselesaikan bersama. Upaya-upaya dapat dilakukan untuk pencapaian kompetensi sebagai hasil belajar siswa. Selain pencapaian kompetensi, siswa juga harus dapat melakukan belajar secara mandiri terhadap sumber-sumber belajar yang ada lingkungan sekitar.
Pembelajaran secara optimal dapat tercapai dalam hasil belajar siswa dengan mengoptimalkan sumber belajar geografi yang ada. Melalui upaya ini guru dapat merancang, memanfaatkan, mengelola, mengevaluasi pembelajarannya secara efektif dan efisien. Pemberdayaan aneka sumber belajar baik di dalam atau diluar kelas sangat bermanfaat dan memiliki kesan berharga dalam proses pembelajaran. Berbagai penjelasan materi yang didapatkan oleh masing-masing siswa, akhirnya didiskusikan dalam kelompok belajar di kelas yang tentunya dapat memaksimalkan penguasaan kompetensi.
B. Pembahasan
1. Hakekat dan Ruang Lingkup Pembelajaran Geografi
Secara sederhana pembelajaran geografi adalah geografi yang diajarkan di tingkat sekolah menengah. Karena itu penjabaran konsep-konsep, pokok bahasan, dan sub-pokok bahasan harus disesuaikan dan diselaraskan dengan tingkat pengalaman dan perkembangan mental siswa pada jenjang-jenjang pendidikan.
Hartshorne dalam Sumaatmadja (1983) mengatakan “geography is that discipline that seeks to describe and interpret the variable character from place to place of the earth as the world of man” . Pada defenisi ini Hartshorne menekankan karakter variabel dari suatu tempat ke tempat lainnya sebagai dunia tempat kehidupan manusia. Dalam hal ini geografi sebagai bidang ilmu, mencari penjelasan dan interpretasi tentang karakter tadi sebagai hasil interaksi faktor-faktor geografi yang mencirikan tempat-tempat di permukaan bumi sebagai dunia kehidupan manusia. Kedalam interaksi itu termasuk pemanfaatan semberdaya lingkungan oleh manusia bagi kepentingan hidupnya.
Seminar dan lokakarya peningkatan kualitas pembelajaran geografi di Semarang tahun 1988 (Sumaatmadja: 2001), merumuskan geografi sebagai berikut: Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfeer dengan sudut pandang kelingkungan atau kewilayahan dalam konteks keruangan. Dari konsep ilmu geografi yang dikemukakan, dapat dilihat bahwa geografi dan studi geografi berkenaan dengan: (1) permukaan bumi (geosfer), (2) alam lingkungan (atmosfer, litosfer, hidrosfer, dan biosfer), (3) umat manusia dengan kehidupannya (antroposfer), (4) penyebaran keruangan gejala alam dan kehidupan termasuk persamaan dan perbedaan, serta (5) analisis hubungan keruangan gejala-gejala geografi di permukaan bumi. Oleh karena itu pembelajaran geografi meliputi:
a. Alam lingkungan yang menjadi sumberdaya bagi kehidupan
b. Penyebaran umat manusia dengan variasi kehidupannya
c. Interaksi keruangan umat manusia dengan alam lingkungan yang memberikan variasi terhadap ciri khas tempat-tempat di permukaan bumi
d. Kesatuan regional yang merupakan perpaduan matra darat, perairan, dan udara di atasnya
Ruang lingkup inilah yang memberikan ciri dan karakteristik pembelajaran geografi. Apapun yang akan diproses pada pembelajaran geografi, materinya selalu digali dari permukaan bumi pada suatu lokasi untuk mengungkapkan corak kehidupan manusia yang memberikan ciri khas kepada wilayah yang bersangkutan sebagai hasil interaksi faktor-faktor geografis pada lokasi yang bersangkutan. Secara bertahap dan makin lama makin luas dan mendalam, materi-materi geografi itu dalam proses belajar mengajarnya tidak keluar dari ruang lingkup pembelajaran geografi yang menjadi ciri khasnya.
James dalam Sumaatmadja (2001) mengatakan “geography has sometimes been called the mother of science, since many fields of learning that started with observation of the actual face of the earth turned to the study of specific processes whereever they might be located”. Dengan argumen itu James menjelaskan, bahwa bidang pengetahuan apapun yang dipelajari seseorang selalu dimulai dengan pengamatan di permukaan bumi, sehingga cukup beralasan mengatakan bahwa “geografi sebagai induk dari ilmu”. Geografi yang objek studinya permukaan bumi dengan relasi keruangannya, memiliki kedudukan yang kuat dalam memberikan dasar pengetahuan kepada tiap orang dalam mempelajari dan melakukan studi terhadap berbagai aspek kehidupan.
2. Karakteristik Pembelajaran Geografi
Mengkaji gejala/fenomena geografi dengan baik, haruslah terlebih dahulu melakukan pengkajian faktor manusia dalam alam lingkungannya. Untuk itu, harus dimiliki pengetahuan dasar berkenaan dengan aspek-aspek sosial, ekonomi, budaya, politik, dan lain sebagainya. Untuk kepentingan tersebut, diterapkan pendekatan sosiologi, ilmu ekonomi, antropologi, ilmu politik, dan lain sebagainya. Selain mengkaji aspek manusia, studi geografi juga mengkaji lingkungan fisik yang melatarbelakangi kehidupan manusia. Aspek-aspek fisik yang melatarbelakangi kehidupan manusia itu meliputi cuaca dan iklim, kesuburan tanah, keadaan batuan, kelautan, dan lain sebagainya. Untuk mampu mengungkapkan latarbelakang alami ini, guru geografi wajib memiliki pengetahuan dasar tentang ilmu tubuh tanah, meteorologi, klimatologi, geologi, geomorfologi, kartografi, astronomi, ilmu kimia, ilmu fisika, dan lain-lain. Pendekatan ilmu-ilmu tadi dapat diterapkan untuk mengungkapkan gejala-gejala dan proses-proses alam yang melatarbelakangi kehidupan manusia di permukaan bumi.
Pembelajaran geografi berfungsi mengembangkan kemampuan calon warga masyarakat dan warga negara yang akan datang untuk berfikir kritis tentang masalah kehidupan yang terjadi di sekitarnya, dan melatih mereka untuk cepat tanggap terhadap kondisi lingkungan serta kehidupan di permukaan bumi pada umumnya. Sumaatmadja (2001) menjelaskan bahwa pembelajaran geografi mempunyai nilai ekstensi yang meliputi nilai-nilai teoritis, filosofis, dan ketuhanan. Dengan demikian, jika geografi diajarkan dan dipelajari secara terarah dan baik, dapat membina siswa didik berfikir integratif untuk dirinya sendiri dan untuk kepentingan kehidupan pada umumnya. Dengan begitu, pendidikan dan pembelajaran geografi dapat dijadikan salah satu sarana “memanusiakan manusia”. Mengingat fungsi dan peranan geografi, semestinya pembelajaran geografi mendapatkan tempat yang serasi dan wajar ditengah-tengah pendidikan lain pada umumnya. Pencapaian tersebut sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru geografi memprosesnya di lapangan. Oleh karena itu, guru geografi harus memiliki kemampuan dasar keguruan sesuai dengan bidang geografi yang menjadi tanggungjawab profesinya.
3. Sumber Pembelajaran Geografi
Menurut Mangunwijaya yang dikutip Yunanto (2004:20) pengetahuan siswa tumbuh tingkat bagaikan bejana kosong yang lalu terisi oleh cekokan orang dewasa dan lingkungannya, atau bukan seperti alat potret yang memasukkan dan merekam segala apa yang tertangkap oleh lensa pada film di dalamnya. Bermain bagi siswa adalah suatu aktivitas yang mutlak harus dijalankan, demi pengembangan daya pikirnya.
Sumber belajar adalah bahan yang mencakup media belajar alat peraga, alat permainan untuk memberikan informasi maupun berbagai keterampilan kepada siswa maupun orang dewasa yang berperan mendampingi siswa dalam belajar (Yunanto,2004:20). Sumber belajar ini dapat berupa tulisan (tulisan tangan atau hasil cetak), gambar, foto, narasumber, benda-benda alamiah, dan benda-benda hasil budaya. Montessori yang dikutip Yunanto (2004:20) menyatakan bahwa lingkungan atau alam sekitar dapat mengundang minat unutk mempelajarinya.
Sumber belajar Geografi dapat dibedakan menjadi dua kelompok besar, yakni (1) sumber belajar geografi utama, dan (2) sumber belajar geografi lanjutan. Sumber belajar utama menunjuk pada otensitas dan orisinalitas. Pada tahap ini belum banyak dilakukan pengolahan, sehingga unsur subyekvitas masih pada tingkat minimal. Sedangkan sumber belajar lanjutan sudah melalui pengolahan.
Tabel 1. Analisa Kritis Sumber Belajar geografi
No Sumber Belajar Geografi Utama Sumber Belajar Geografi Lanjutan
1 Gunung Gambar/foto/miniatur gunung
2 Planet Planetarium
3 Rupa Bumi Peta/Foto Udara/Citra Satelit
4 Pola Aliran Sungai Sketsa Pola Aliran Air
5 Bumi Globe
Sumber belajar dapat diolah atau dikreasikan dengan berbagai metode agar siswa lebih mudah mencerna nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Dalam usaha mengkreasi itu, sumber belajar bisa menjadi alat yang dapat berfungsi membantu proses belajar siswa. Hal ini sering disebut Alat dan atau Aktivitas Permainan Edukatif (APE). Alat Permainan merupakan fasilitas yang sudah dibuat sedemikian rupa, misalnya menjadi permainan bongkar-pasang, sehingga siswa belajar dengan memainkan fasilitas tersebut. Alat peraga merupakan fasilitas belajar yang dapat mewakili fungsi atau cara kerja sesuatu, misalnya Alat Peraga Anatomi Tubuh Manusia. Sedangkan APE menunjuk pada kegiatan yang dapat dilakukan oleh siswa. Misalnya kegiatan percobaan mencampur warna, kegiatan bermain peran, dan sebagainya.
Sumber belajar dapat berupa hasil cetak, rekaman, dan narasumber/orang. Secara garis besar, menurut Yunanto (2004:24-30) sumber belajar dapat dikelompokkan menjadi (1) lingkungan alam (2) lingkungan sosial (3) lingkungan budaya (4) media (5) hasil cetak (6) realita dan (7) produk pabrik.
a. Lingkungan Alam
Sumber belajar yang masuk dalam kelompok ini merupakan tempat atau alam bebas yang dapat memberikan informasi langsung kepada siswa. Alam menyediakan banyak hal yang dapat dipelajari siswa. Misalnya siswa dapat belajar langsung mengenal tanaman, hewan, tanah, batu, suhu, udara, sungai, pegunungan, gunung, air dan sebagainya.
b. Lingkungan Sosial
Sumber belajar ini lebih menekankan tempat hasil karya manusia, dan di dalamnya terdapat aktivitas hubungan manusia. Misalnya,siswa dapat langsung bertemu dengan Pak Tani (sebagai narasumber) uintuk mengetahui proses penanaman padi. Informasi mengenai alat transportasi dan bagaimana sarana jalan yang menjadi kebutuhan penting mesyarakat pun dapat langsung diakses oleh siswa.
c. Lingkungan Budaya
Pemukiman Penuduk, sebagai lingkungan yang penting sebagai sumber belajar yang beragam dari hasil proses kegiatan manusia terhadap lingkungannya.
d. Media
Kaset, VCD, acara TV dan radio merupakan sumber belajar berupa audio visual. Sementara gambar, foto, film, video dapat dikelompokkan dalam sumber belajar visual. Kaset dan CD benyak membantu ketika digunakan sebagai media belajar (terutama) bahasa asing. Logat, intonasi, dan ciri khasnya dapat dipertahankan seperti pengguna aslinya. CD dapat memuat potret peristiwa secara lebih lengkap, misalnya peristiwa gunung meletus Gunung Krakatau, Puncak Maount Everest, Kutub dan sebagainya. Oleh karenanya, VCD merupakan sumber belajar yang dapat lebih banyak informasi dibanding CD.
e. Hasil Cetak
Koran, majalah, buku, brosur, leaflet merupakan sumber belajar penting bagi siswa. Sumber belajar ini dapat memberikan banyak informasi kepada siswa. Misalnya tentang peristiwa gempa bumi, hujan, angin taufan dan sebagainya
f. Realita
Batu-batuan, bunga-bungaan dapat menjadi sumber belajar penting bagi siswa. Sumber belajar ini penting demi perkembangan siswa. Warna-warrna batu dan jenis-jenis batu dapat memberi khasanah pangetahuan bagi siswa. Berdasarkan konteks kegiatan belajar akan menjadi sumber belajar yang tidak sekedar indah untuk dipandang, namun sekaligus memberikan pengetahuan yang kadang tidak cukup untuk sekedar diceramahkan.
g. Produk Pabrik
Produk pabrik dapat memberi informasi, minimal memberikan gambaran kemajuan teknologi negara produsennya. Misalnya. Selain itu lewat produk pabrik dapat lebih diketahui berbagai informasi tentang negara itu, baik lokasinya di dalam peta, geografisnya, penduduknya, dan sebagainya.
Pemanfaatan alam lingkungan, kehidupan manusia, dan hasil interaksi faktor-faktor geografis di permukaan bumi sebagai sumber materi geografi, guru dituntut kemampuannya melakukan seleksi terhadap materi, sehingga apa yang diproses dalam belajar mengajar menjadi efektif dan efesien sesuai dengan perkembangan mental siswa didik, dengan demikian dapat diperoleh produktivitas yang tinggi dalam merealisasikan tujuan instruksional. Peta sebagai round earth on the flat paper merupakan salah satu sumber utama pembelajaran geografi. International Cartography Assosiation dalam Prihandito (1990), mengatakan peta, adalah suatu representasi/gambaran unsur-unsur atau kenampakan-kenampakan abstrak yang dipilih dari permukaan bumi, atau yang ada kaitannya dengan permukaan bumi atau benda-benda angkasa, dan ummnya digambarkan pada suatu bidang datar dan diperkecil/diskalakan. Atlas disajikan berbagai peta berdasarkan kenegaraan, gejala alam, penyebaran sumberdaya, penyebaran aspek kebudayaan, dan lain sebagainya. Membaca peta dalam menggunakan atlas yang berkenaan dengan jaring-jaring derajad, legenda, dan indeks, harus dibimbing lebih dahulu oleh guru. Semuanya ini menjadi kemampuan dasar dalam menggunakan dan memanfaatkan atlas. Selain memiliki fungsi yang sama dengan peta dan atlas, lebih jauh globe dapat membina dan mengembangkan citra serta konsep tentang waktu, iklim, musim, dan gejala-gejala alam lainnya baik yang berkenaan dengan atmosfer, hidrosfer, litosfer, maupun antroposfer. Dengan demikian, penggunaan dan pemnfaatan globe sebagi sumber pembelajaran geografi dapat lebih meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor siswa didik tentang relasi keruangan gejala-gejala geografi di permukaan bumi.
Sumber pembelajaran lain yang dapat membantu mengembangkan citra dan konsep geografi pada diri siswa didik adalah potret, gambar, slide, dan filem. Pada sekolah-sekolah yang kemampuan ekonominya telah tinggi, video tape recorder juga telah digunakan dan dimanfaatkan. Gambar dan potret yang berkenaan dengan gejala-gejala geografi selain diadakan oleh sekolah dan guru, dapat pula pengadaannya ditugaskan kepada siswa. Untuk mendapatkan gambar dan potret yang sesuai dengan materi pembelajaran, dalam memberikan tugas guru harus memberikan arahan yang jelas. Setelah gambar dan potret terkumpul, guru menampilkan gambar dan potret itu di kelas, dengan demikian fungsi gambar dan potret untuk meningkatkan citra dan konsep kepada siswa didik dapat terpenuhi. Selain itu, secara langsung siswa didik merasa dihargai upaya dan jerih payahnya mengumpulkan benda-benda tadi. Gambar dan potret yang dikumpulkan bukan untuk disimpan, tetapi setiap saat digunakan untuk membantu meningkatkan keberhasilan proses belajar mengajar. Pengumpulan gambar harus senantiasa dilakukan untuk memperbaharui gambar-gambar yang sudah ada sesuai dengan perubahan gejala yang menjadi objek kajian geografi.
Sumber belajar audio visual seperti slide, filem, dan VTR (video tape recorder), dan internet, dewasa ini berkembanag menjadi salah satu sumber pembelajaran yang dapat memberikan data maupun gambar secara lebih hidup dan nyata tentang berbagai fenomena dan gejala-gejala geografi yang terjadi di berbagai belahan dunia. Sumber ini mampu mengatasi kendala pembelajaran geografi untuk mengaktualkan gejala geografi yang sedang dipelajari. Dengan demikian pembentukan citra dan penguasaan konsep ke-geografian sesuai tujuan instruksional yang dicanangkan dapat ditingkatkan. Pemanfaatan aneka sumber pembelajaran geografi pada proses belajar mengajar di sekolah akhirnya membuat siswa mengerti, dan mencintai tanah air dan dunia pada umumnya. Dengan demikian terbina kemampuan memanfaatkan sumberdaya lingkungan secara rasional sesuai dengan tingkat kualitas kehidupan dan kualitas lingkungannya.
4. Pemberdayaan Sumber Belajar Geografi
Amstrong yang dikutip Yunanto (2004) mengemukakan bahwa : ”Elang sangat pandai terbang, tentu saja. Tetapi ketika mengikuti kelas menggali, elang sangat tidak mampu menjalani tugas yang diberikan, sehingga harus mengikuti program perbaikan menggali. Tugas itu begitu banyak menyita waktu, sehingga tak lama kemudian elang lupa cara terbang. Begitu halnya dengan siswa kita. Mereka telah kehilangan banyak waktu untuk melakukan kegiatan yang sia-sia. Ingat, elang diciptakan untuk terbang.”
Mangunwidjaja yang dikutip Yunanto (2004) mengatakan pendidikan sekarang tidak otoriter, anti pengarahan top-down, anti akomodasi, anti serba hafalan model beo, anti sikap dan suasana yang serba menggurui belaka. Yang dicari bukanlah pendidikan berdasarkan kewibawaan yang tumbuh dari penghargaan, kecintaan spontan, dan iklim demokratis. Sumber belajar memiliki keanekaragaman dan tersebar luas di lingkungan sekitar kita. Bagaimana cara agar sumber belajar dapat mendukung dan berdayaguna secara optimal didalam Kegiatan Belajar Siswa?
Keanekaragaman dan sebaran sumber belajar akan dapat berdayaguna secara optimal apabila dapat dengan mudah diakses di dalam proses belajar. Oleh karena itu, perlu adanya persiapan sebelum proses belajar dimulai. Persiapan ini meliputi (1) inventaris sumber belajar yang ada (2) perlunya ruang belajar yang mendukung (dalam hali ini ruang kelas bukan satu-satunya ruang belajar untuk siswa), dan (3) perlunya pemberdayaan yang memberi situasi kondusif dalam melakukan kegiatan belajar.
a. Inventaris Sumber Belajar Geografi
Inventaris ini dapat dimulai dengan mengelompokkan sumber belajar berdasarkan tempat. Artinya perlu dipilah mana sumber belajar yang hanya dapat diakses di luar ruangan. Sumber belajar yang bisa diakses di dalam ruangan perlu kembali dilihat dan diberi catatan berdasarkan kebutuhan, yang bisa berdasarkan multi kecerdasan, mata pelajaran, atau bentuk kegiatan yang akan dilakukan.
Khusus sumber belajar yang berada di luar ruangan dapat dikategorikan mulai dari yang paling dekat dan dilanjutkan pada sumber belajar yang semakin jauh. Kemudian dapat dilanjutkan dengan mencermati satu per satu tingkat kesulitan dalam mengakses sumber belajar tesebut. Apakah memerlukan biaya, misalnya untuk transportasi? Bagaiamana waktu yang disediakan untuk kegiatan belajar? Lalu kegiatan belajar macam apa yang sesuai dilakukan?
Inventaris ini sangat penting dan mendukung di dalam mengelola sumber belajar. Maka tinggal melengkapi mana yang kurang dan mana yang belum dimanfaatkan di dalam kegiatan belajar. Ketelitian dan kreativitas pendidik sangat mendukung kegiatan inventarisasi ini. Dengan kegiatan ini guru, orang tua, calon pendidik, pengasuh siswa, pemerhati pendidikan mendapat stimulus untuk mendapat insight bagaimana sumber belajar tersebut akan diolah manjadi kegiatan belajar aktif.
b. Identifikasi Ruang Balajar
Ruang belajar yang tidak terbatas di kelas. Kegiatan belajar dapat dilakukan baik di kelas maupun diluar kelas, dirumah atau yang jauh dari rumah. Yakni, sejauh hal itu mendukung terciptanya suasana yang kondusif terhadap keberlangsungan kegiatan belajar. Dalam hal ini siswa perlu dilibatkan dalam persiapan pemilihan tempat dan kegiatan yang akan dilakukan. Dengan demikian siswa ikut diberi tanggung jawab ketika kegiatan berlangsung. Jika perlu, tata tertib dan aturan mainnya bisa disepakati oleh siswa sendiri atas fasilitas dari orang dewasa yanh sedang mandampingi siswa.
c. Optimalisasi Kegiatan Belajar
Optimalisasi kegiatan belajar menjadi prasyarat untuk terjadinya interaksi antara siswa-siswa-siswa-guru-sumber belajar, atau orang dewasa-siswa. Interaksi atau dialog yang dimaksud tetap berpusat pada siswa. Ini berarti guru dan orang dewasa lebih berfungsi sebagai fasilitator dan dinamisator, sementara sumber belajar cukup tersedia sehingga memberi keleluasaan kepada siswa unutk semakin mudah melakukan proses belajar. Optimalisasi ini dapat dilakukan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
• Disekolah
Mobilitas Guru dan Siswa
Dalam proses kegiatan belajar terdapat dua subyek yang tidak dapat berdiri tunggal, yakni guru dan siswa. Guru perlu mengetahui siswa secara pribadi. Artinya, masing-masing potensi yang ada pada siswa perlu dipantau dan dicatat perkembangannya. Dengan demikian, ketika terjadi proses belajar guru dapat memfasilitasi dan memandu siswa berdasarkan perkembangan yang terjadi pada siswa. Hal ini perlu dilakukan mengingat setiap siswa memiliki cara belajar yang beragam. Ada yang visual kinesthic, atau auditory. Masing-masing siswa memerlukan fasilitas yang berbeda kendatipun materi yang dipelajari sama. Ruang gerak sebaiknya diatur dan disesuaikan dengan tata letak fisik seperti bangkul, papan tulis, rak sumber belajar, rak buku, dan kegiatan yang dilakukan siswa. Hal ini dilakukan agar siswa dapat melakukan kegiatan belajarnya dengan aktif dan mandiri. Sementara itu, guru melakukan pendampingan ketika siswa menemui persoalan dan membutuhkan panduan dari guru. Maka ruang gerak guru perlu diatur agar tidak mengganggu siswa lain dalam melakukan kegiatan belajarnya.
Interaksi Guru dan Siswa
Interaksi dalam kegiatan belajar dengan sebaiknya berlangsung antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa. Oleh karenanya perlu disuassiswaan agar interaksi tersebut tidak menimbulkan tubrukan kepentingan. Justru sebaliknya, kepentingan tersebut diorganisir sedemikian rupa, sehingga antara siswa dengan guru, serta siswa dengan siswa dapat saling mendukung kegiatan yang berlangsung.
Ketiga aspek di atas dapat tercipta apabila didukung pengorganisasian komponen-komponen yang terkait dalam proses kegiatan belajar, terutama di dalam kelas. Komponen-komponen tersebut adalah sebagai berikut : 1) pengorganisasian fisik, 2) pengorganisasian kegiatan, 3) pengorganisasian siswa, 4) pengorganisasian waktu.
• Dirumah
Pada dasarnya melakukan kegiatan belajar di sekolah ataupun dirumah tidak banyak berbeda. Di rumah, orang tua, pengasuh siswa, atua orang dewasa yang selalu mendampingi siswa perlu prinsip-prinsip (a) siswa perlu diperhatikan (b) pada dasarnya siswa mengalami tumbuh kembang yang unik (c) fasilitas belajar sebaiknya disediakan dalam ruangan khusus, dan (d) waktu kegiatan belajar di rumah bisa lebih longgar.
4. Pemilihan Sumber Belajar Geografi
Pengertian pemilihan sumber belajar goegrafi adalah kesesuaian antara sumber belajar dengan kebutuhan atau penekanan yang dilakukan di dalam proses kegiatan belajar. Penekanan ini dapat berdasarkan Taksonomi Bloom, multi-kecerdasan, mata pelajaran, pengorganisasian kegiatan yang dilakukan, serta tahap tumbuh kembang siswa sedang berlangsung.
a. Taksonomi Bloom
• Kognisi
Kognisi merupakan wilayah pada diri siswa yang melibatkan kemampuan penalaran, akal, atau logika. Kognisi biasanya dikaitkan dengan pengetahuan, hafalan, dan pemikiran yang linier. Dalam hal ini proses belajar disekolah-sekolah didominasi oleh aspek kognisi tanpa diimbangi dengan aspek lainnya, yakni psikomotor dan afeksi.
• Afeksi
Afeksi merupakan wilayah pada diri siswa yang melibatkan rasa, intuisi, insting, atau emosi. Materi-materi yang dikemas dalam kegiatan belajar seringkali minim muatan afeksinya. Misalnya, prilaku peduli lingkungan, pemanfaatan bahan bekas dan lain-lain
• Psikomotor
Psikomotor merupakan wilayah pada diri siswa yang bersinggungan dengan koordinasi gerakan tubuh. Kegitan yang dapat dilakukan antara lain pembuatan miniatur muka bumi, pembuatan peta dan sebagainya.
Tabel 2. Domain Taksonomi, Sumber Belajar, Dan Kegiatan Belajar
No Domain Taksonomi Sumber Belajar Geografi Kegiatan Belajar
1 Kognisi Globe • Mencari lokasi suatu negara
• Memahami garis astronomi (lintang dan bujur)
2 Afeksi Pemukiman Kumuh • Siswa dapat mengamati pemukiman kumuh di lingkungan sekitar
• Memberikan bimbingan dan sosialisasi dalam pentingnya hidup sehat serta bersih
3 Psikomotor Peta dan Foto Udara • Siswa membuat peta rupa bumi, persebaran penduduk
• Siswa dapat menganalisis persebaran gunung berapi
• Siswa dapat mengelompokan pola atau wilayah pemukiman, industri, perkebunan dan sebagainya
b. Bentuk Kegiatan
• Individu/Perorangan
Dalam kegiatan belajar yang dilakukan secara perorangan, masing-masing siswa melakukan kegiatan. Kegiatan ini bisa dilakukan bersama-sama tetapi juga masing-masing siswa melakukannya secara pribadi.
• Kelompok Kecil
Kegiatan belajar kelompok dilakukan melalui kerjasama lebih dari dua orang. Dalam kegiatan kelompok perlu diperhatikan jumlah anngota kelompok yang terlibat. Dengan demikian masing-masing anggota memiliki peran dan melakukan tugas. Penting untuk dihindari adlaah adanya anggota kelompok yang tidak mendapat dan melakukan tugas.
• Klasikal
Kegiatan belajar ini dilakukan secara bersama-sama dalam satu kelas dengan menggunakan media audio - visual
Tabel 3. Pemberdayaan, Sumber Belajar, dan Kegiatan Belajar
No Pemberdayaan Kegaitan Belajar Sumber Belajar Kegiatan Belajar
1 Individual • Peta • Menentukan lokasi negara dari peta
• Termometer • Menghitung suhu udara di suatu titik ruangan/daerah
2 Kelompok • DAS • Menentukan daerah aliran sungai
• Menentukan besaran air yang mengalir
• Menghitung luas DAS
4 Klasikal • CD Film • Menonton dan menganalisis proses terjadinya gempa/hujan dan sebagainya
Hubungan kesesuaian tersebut di atas dapat kreasi menurut kebutuhan. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa siswa maengalami tumbuh kembang. Oleh karenanya, sumber belajar dalam format kegiatan belajar perlu disesuaikan dengan perkembangan yang terjadi pada siswa.
C. Penutup
Geografi adalah ilmu yang mengkaji berbagai fenomena yang ada dan terjadi di permukaan bumi, karena itu cakupan materi pembelajarannya sangat luas. Karakteristik pembelajaran geografi yang mengharuskan guru menjelaskan keterkaitan antara indikator fisik dan indikator faktor sosial, serta keterkaitannya satu dengan yang lain, menuntut guru mengoptimalkan proses pembelajarannya secara efektif. Menggunakan berbagai strategi/model pembelajaran adalah hal yang dapat diberdayakan guru untuk memotivasi keterlibatan siswa secara aktif menggunakan aneka sumber pembelajaran geografi. Hal ini diharapkan mampu menggiring dan mengantarkan siswa pada penguasaan kompetensi yang lebih baik.
Sumber-sumber belajar geografi yang beragama, maka dibutuhkan pemberdayaan secara optimal sehingga proses yang berlangsung dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang ada. Untuk mencapai hasil belajar siswa yang optimal juga dibutuhkan penyesuaian antara karekteristiik siswa dengan karakteristik sumber belajar geografi tersebut. Pemberdayaan sumber belajar sebagai salah satu pengoptimalan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran di sekolah sehingga geografi sebagai ilmu yang mempunyai arti dan makna yang besar bagi kehidupan.
Daftar Pustaka
Angkowo, Robertus, dan A.Kosasih. 2007. Optimalisasi Media Pembelajaran. Jakarta: Grasindo.
Arsyad, Azhar. 1997. Media Pembelajaran. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Harsanto, Radno. 2007. Pengelolaan Kelas yang DInamis : Paradigma Pembelajaran Menuju Kompetensi Siswa. Yogyakarta: Kanisius.
Hasan, S. Hamid. 1996. Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial (Buku 1). Jurusan Sejarah FIPS IKIP Bandung.
Joko, Yunanto, Sri. 2004. Sumber Belajar Anak Cerdas. Jakarta: Grasindo.
Kidwai, Zeenat. Environmental Approach in Geography Teaching. New Delhi: Sarup & Sons.
Prihandito, Aryono. 1990. Kartografi. Yogyakarta : Mitra Gama Widya.
Silberman, L, Melvin. 2006. Active Learning. Bandung : Penerbit Nusamedia.
Salim, Basha. S.A dan Digumarti Bhaskara Rao. 2004. Methods of Teaching Geography. New Delhi: Discovery Publishing House.
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta : Kencana.
Slavin, Robert, E. 1983. Cooperative Learning. Maryland : Jhon Hopkins University.
Sukmadinata, Syaodih, Nana. 2004. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Sumaatmadja, Nursyid. 1983. Geografi Sebagai Nilai Ekstensi Untuk Menunjang Perwujudan Kesatuan Bangsa dan Negara. Disertasi. Yogyakarta : IKIP Yogyakarta
. 2001. Metodologi Pengajajaran Geografi. Jakarta : Bumi Aksara.