Kamis, 16 Mei 2013

PAPA, kenapa tak perhatikan diriku?

Catatan Seorang Guru


Pak, saya mau ceritalah ! bolehkan
Mau cerita apa anakku, ada masalah apa?
Begini lho pak, kenapa saya jadi begini karena kondisi papa (panggilan ayah laki-laki) saya. Saya begini karena papa tak pernah perhatikanku lagi. Coba terangkan apa sebenarnya yang terjadi?
Papa kan sekarang sibuk dengan pekerjaannya di luar kota sebagai kepala cabang, jadi kami jarang ketemua padahal dulu janjinya kalau jadi kepala cabang akan banyak meluangkan waktunya untuk keluarga. Tapi apa yang terjadi, sampai sekarang masih tetap begitu. 

Saya akui lah pak, saya emang bandel dari dulu, sekarang pun sering pergi lagi kalau sudah sampai di rumah dan tak betah. Saya pergi ke warnet sama teman-teman sampai malam terkadang saya juga merokok. Tapi tak minum-minuman keras dan narkoba kan? itu kataku.

Ya tidaklah pak, saya kan masih ngerti hal begituan. Emang masalah ini pernah cerita sama mamamu? saya sudah bercerita sama mama dan mama hanya mendinginkan suasanya saja agar saya tetap memahami papa yang begitu keras. Kalau papa pulang ke Medan, maka kami hanya makan di luar lalu pulang kerumah lagi, tak banyak bisa bercerita apa-apa. Kalau di rumah, papa lebih banyak istirahat dan pulangnya 1 atau 2 minggu sekali dari luar kota yang memang kerjaannya jauh dari rumah kami disini. 

Dari kecil saya dekat sama mama, namun sama papa tidak begitu dekat? kenapa bisa begitu?
Karena dari dulu papa sibuk dengan pekerjaannya sampai sekarang. 
Saya sebenarnya ingin menunjukan prestasi belajar saya saat ini yang meningkat secara draktis dari sebelumnya, namun papa tak memberikan penghargaan atau tak mengerti bagaimana diri saya. Saya tak pernah rangking namun sekarang saya mendapat rangking bagus dibandingkan sebelumnya, saya giat belajar tapi papa tak memperhatikan perubahan ku juga. Makanya saya terkadang keluar rumah, ngumpul sama teman-teman di warnet. 

Papa tak mau menegur bila saya salah padahal saya melakukan itu agar ditegur, sama papa dibiarkan saja. Kalau prestasi tak diberi penghargaan. Menurut saya, papa tak memperhatikan saya, yang sudah berubah dan selalu mencari perhatian papa. Yang saya kesalkan janjinya kalau sudah menjadi kepala cabang akan lebih memperhatikan keluarga terutama anak-anaknya, itulah janjinya. Itu yang membuat saya kecewa. Makanya nilai saya anjlok lagi, mama juga mama marah sih tapi papa tak memberikan reaksinya. Jadih sedih saya pak. 

Kenapa menangis ?
Ngak apa-apa pak, cuma sedih aja, sepertinya saya tak diperhatikan sama papa.
Oh begitu ya nak.

Sebagai guru, maka saya hanya bisa mengatakan sama si anak, bahwa papa bekerja sibuk itu untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Papa cari duit kan untuk keluarga, kakak kan kuliah jadi biayanya besar di Yogyakarta sana, adikku masih sekolah, mama tak kerja. Kalau papa tak kerja, siapa yang bisa membiayai kebutuhan keluarga?

Ayo jawab anakku?
Papalah.... (dijawab terbata-bata)

Seandainya papa tak ada lagi, siapa lagi yang bisa membiayai sekolahmu, adikmu dan kualiah kakakmu?
Mama tak kerja, jadi biayanya dari mana padahal biaya sekolah dan kuliah besar itu besar jadi harus dipersiapkan dari sekarang. Fahamkan?
Faham sih pak tapi kenapa papa juga tak memperhatikan sekolah kami ini terutama saya untuk prestasi?

Ya udah, tunjukan prestasimu di sekolah dan belajar giat agar papa menjadi heran kenapa dirimu bisa mencapai prestasi yang tinggi seperti itu. Terus ikutlah lomba, nanti papa akan tersadarkan jika dirimu berprestasi dan dapat membanggakannya di suatu saat nanti. Papa bekerja untuk keluarga, maka perhatiannya sedikit berkurang sehingga kedekatan berkurang dibandingkan mama. Ia kan?

Maka, teruslah belajar dan berprestasi dan jauhi warnet dan organisasi yang pernah kamu geluti sehingga akan mengubah dirimu menjadi lebih baik lagi.

Sedih mendengarkan kisahnya namun setelah melihat jam pelajaran ternyata sudah habis, tak jadi mengajar ni.Wali kelas jadi tempat curhatan namun siswa lain tak jadi belajar. Mudah-mudahan anak-anakku menjadi siswa yang kuat dan sayang kepada kedua orang tuanya. Karena orang tua berbagi peran antara ibu dan bapak. Ibu menjadi ibu rumah tangga untuk mengurusi kebutuhan dan kegiatan harian anak-anaknya di rumah, sedangkan bapak mempunyai peran sebagai pencari nafkah. 

Peran inilah yang terkadang tak difahami anak-anak usia muda dan mengandalkan ego nya, terkadang juga orang tua sibuk bekerja lupa akan kehadirannya di keluarga. Semoga peran sebagai orang tua seperti papa yang menjadi pencari nafkah dan kepala keluarga dapat ditampakan di depan anak-anaknya dan dibangun komunikasikan sama keluarga untuk dapat memahaminya.