Jumat, 17 Februari 2012

Dulu, Matahari Berukuran Lebih Besar


Teori yang dipercaya saat ini menyatakan bahwa semakin tua, bintang akan semakin terang. Sebabnya, inti bintang akan memadat seiring waktu sehingga semakin memanas. Berdasarkan teori ini, Matahari diperkirakan 30 kali lebih redup pada 4,5 miliar tahun yang lalu.

Namun, Steinn Sigurdsson dari Pennsylvania State University, mengatakan, "Matahari yang lebih redup menyuguhkan sebuah paradoks. Temperatur Bumi dan Mars yang diprediksikan akan terlalu dingin untuk bisa memiliki air dalam bentuk cair."

Sigurdsson dan timnya melakukan pemodelan dengan model komputer evolusi bintang MESA. Model ini dikembangkan berdasarkan kode open source yang dibuat oleh Bill Paxton dari Kavli Institute of Physics di Amerika Serikat.

Berdasarkan pemodelan yang dilakukan, Sigurdsson menjelaskan bahwa pada awalnya Matahari berukuran lebih besar dari sekarang. Ukuran Matahari kemudian mengecil karena massa yang hilang diterbangkan oleh angin Matahari.

Sigurdsson mengatakan, meski lebih besar, selisihnya diperkirakan hanya 2-5 persen. Jika terlalu besar, Matahari akan berevolusi menjadi bintang yang berbeda dari saat ini. Sebaliknya, jika terlalu kecil, Bumi dan Mars takkan punya air dalam bentuk cair.

Peneliti menuturkan, jika kecepatan angin Matahari konstan sepanjang waktu, Matahari akan kehilangan 0,05 persen massanya. Namun demikian, umumnya ilmuwan percaya bahwa angin Matahari di masa lampau jauh lebih kuat dari saat ini.

Seberapa kuat? Masih diperdebatkan. Namun, untuk bisa memanaskan planet-planet seperti saat ini, ilmuwan berpendapat bahwa Matahari harus kehilangan massanya pada ratusan juta tahun pertama hidupnya. Jadi, diperkirakan angin Matahari saat itu 1000 kali lebih kuat.

Hasil pemodelan Sigurdsson masih perlu diuji. Pasalnya, ada teori lain yang memungkinkan Bumi dan Mars bisa memiliki air. Ilmuwan Carl Sagan and George Mullen misalnya, mengatakan bahwa Bumi dan Mars bisa saja lebih hangat karena gas rumah kaca.

Sagan dan Mullen berteori, Bumi pada mulanya kaya ammonia yang lalu dihancurkan oleh ultraviolet. Bumi juga mungkin saja memiliki gas karbon dioksida (CO2). Tapi dukungan untuk hal ini kurang kuat sebab CO2 dalam jumlah besar tak ditemukan pada sampel batuan tertua.

Teori gas rumah kaca sendiri punya kelemahan. Teori ini lemah untuk aplikasinya pada Mars. Mars yang ada pada jarak cukup jauh dari Matahari membutuhkan banyak sekali CO2. Konsentrasi CO2 yang terlalu banyak justru akan memantulkan panas

Berkomentar tentang hasil pemodelan Sigurdsson sendiri, Renu Malhotra dari Lunar Planetary Lab di Arizona State University mengungkapkan, "Sangat menantang untuk menemukan dukungan kuat untuk adanya bintang muda massif dalam observasi astronomi bintang muda seperti Matahari."

Namun, Malhotra mengatakan, jika memang Matahari pernah kehilangan massanya, pasti ada bekasnya. Beberapa meteorit misalnya, menunjukkan kerusakan kristal akibat angin Matahari, meski tak diketahui besarnya.

Maholtra, seperti dikutip Space, Kamis (16/2/2012) mengatakan, penyelidikan bisa dilakukan dengan melihat satelit ireguler seperti satelit Saturnus, Phoeboe. Kalau Matahari kehilangan massa, ada kemungkinan yang lebih besar bagi planet untuk "menangkap" satelit.

Sigurdsson sendiri akan berupaya menyelidiki Matahari sendiri, spesifiknya dengan kajian helioseismologi atau mempelajari getaran yang tercipta akibat aktivitas di dalam Matahari. "Inti Matahari, harapannya, akan memberikan beberapa tanda," tuturnya.

Sumber : http://sains.kompas.com/read/2012/02/17/12093590/Dulu.Matahari.Berukuran.Lebih.Besar

Venus Bergerak Lebih Lambat


Para ilmuwan menemukan bahwa Venus bergerak lebih lambat dari sebelumnya. Pada awal tahun 1990, misi Magellan NASA mengukur bahwa satu rotasi Venus memakan waktu 243,015 hari. Namun, saat ini diketahui bahwa Venus bergerak 6,5 menit lebih lambat.

Kecepatan rotasi Venus sebelumnya diketahui dengan melihat kecepatan sebuah fitur di permukaan Venus melewati wahana antariksa. Cara ini juga bisa dilakukan untuk mengetahui perlambatan atau percepatan.

Baru-baru ini, lewat pemetaan yang dilakukan dengan Venus Express Orbiter milik European Space Agency, ilmuwan menemukan bahwa sebuah fitur di Venus berjarak 20 km dari tempat yang seharusnya.

Nils Muller, ilmuwan DLR German Aerospace Centre, mengatakan, "Ketika dua peta tak sama, saya pertama mengira bahwa ada kesalahan, karena Magellan mengukur dengan sangat akurat."

Namun demikian, ia menambahkan bahwa semua pengecekan telah dilakukan. Sehingga, pada akhirnya disimpulkan bahwa kecepatan Venus memang melambat.

Ada dugaan bahwa perlambatan rotasi Venus disebabkan oleh gesekan atmosfer Venus dan angin yang bergerak cepat. Diketahui, atmosfer Bumi memengaruhi kecepatan rotasi Bumi.

Tapi, Hakam Svedhem dari misi Venus Express, seperti dikutip National Geographic, Selasa (14/2/2012) mengatakan, "Sangat sulit menemukan mekanisme yang mengubah rotasi rata-rata sebesar ini dalam 16 tahun."

Ia menambahkan, "Penyebab utamanya bisa siklus Matahari atau pola musim yang berkepanjangan sehingga memodifikasi dinamika atmosfer. Tapi, teka-teki ini belum terjawab."

Sebuah laporan menyatakan, momentum sudut antara Venus dan Bumi bisa mengubah kecepatan rotasi. Momentum sudut antara Bumi dan Bulan telah terbukti mempengaruhi rotasi Bumi.

Namun, kata Svedhem, dengan jarak Bumi-Venus yang sejauh 38 juta kilometer, diperkirakan tak ada pertukaran momentum sudut antara Bumi dan Venus.

Menanggapi hasil riset, Svedhem mengatakan bahwa penyebab perlambatan rotasi ini harus ditemukan. Penelitian diperlukan untuk bisa memperkirakan pendaratan misi antariksa di lokasi tertentu Venus.

Sumber : http://sains.kompas.com/read/2012/02/15/09082461/Venus.Bergerak.Lebih.Lambat

Selasa, 07 Februari 2012

Dua Bulan Baru Jupiter Ditemukan

Astronom menemukan dua bulan baru yang mengorbit planet Jupiter. Dengan penemuan ini, jumlah bulan planet terbesar di tata Surya itu bertambah menjadi 66 buah.

Dua bulan baru Jupiter itu disebut S/2011 J1 dan S/2011 J2. Keduanya berhasil diidentifikasi menggunakan Magellan Baade Telescope di Las Campanas Observatory, Chile, pada 27 September 2011.

Dua bulan yang ditemukan merupakan anggota dari objek terkecil di Tata Surya. Diameter kedua bulan baru Jupiter itu hanya sekitar 1 km.

Dengan demikian, tak seperti empat bulan besar Jupiter lain yang mudah dilihat dengan teleskop sederhana, kedua bulan ini tampak amat redup sehingga sulit diamati. Jarak kedua bulan dengan Jupiter amat jauh sehingga butuh waktu 580 hari dan 726 hari bagi kedua bulan untuk mengelilingi Jupiter.

"Bulan-bulan ini adalah bagian dari kawanan objek retrograde terluar di sekeliling Jupiter," kata Scott Sheppard, ilmuwan dari Department of Terrestrial Magnetism di Carnegie Institute for Science, Washington.

Retrograde adalab bulan atau satelit yang mengorbit berlawanan dengan arah rotasi planet. S/2011 J1 dan S/2011 J2 adalah dua dari 52 bulan Jupiter yang termasuk retrograde.

Sheppard mengatakan bahwa Jupiter kemungkinan memiliki lebih banyak satelit lagi. Dan, diantara banyak satelit, banyak yang merupakan bulan-bulan mini layaknya S/2011 J1 dan S/2011 J2.

Ilmuwan mengungkapkan, S/2011 J1 dan S/2011 J2 termasuk dalam jenis bulan ireguler, mengorbit planet pada jarak jauh serta memiliki orbit eksentrik dan cenderung miring.

Karena karakteristik orbit itu, kedua bulan itu diperkirakan adalah sebuah komet atau asteroid yang di masa lalu "tertangkap" oleh gaya gravitasi Jupiter, kemudian berubaha status menjadi bulan.

"Karena bulan-bulan ireguler ini tertangkap pada masa-masa awal Tata Surya, mereka bisa memberi petunjuk bagaimana planet terbentuk dan proses evolusinya," ungkap Sheppard seperti dikutip National Geographic, Kamis (2/2/2012).

Jupiter memiliki 4 satelit besar dan terkenal, yakni Io, Ganymede, Europa dan Callisto. Biasanya, bulan Jupiter diberi nama berdasarkan nama dewa Romawi dan Yunani.

Publik mungkin mendambakan nama yang lebih familiar pada dua bulan baru yang baru saja ditemukan. Tapi, nama itu baru akan diberikan setelah observasi terhadap bulan baru dilakukan setidaknya selama satu tahun.

Penemuan dua bulan baru Jupiter ini diumumkan di Central Bureau for Astronomical Telegrams, International Astronomical Union, minggu lalu.

Sumber : http://sains.kompas.com/read/2012/02/06/08312948/Dua.Bulan.Baru.Jupiter.Ditemukan

Rahasia Lingkungan Luar Tata Surya Terkuak


Rahasia lingkungan di luar Tata Surya sedikit terungkap setelah beberapa ilmuwan menemukan bahwa lingkungan di luar pengaruh Matahari berbeda, serta jauh lebih aneh dari yang dibayangkan.

Perbedaannya adalah pada jumlah oksigen. Ada lebih banyak oksigen yang terdapat di Tata Surya daripada di interstellar atau wilayah antarbintang.

Ilmuwan belum mengetahui sebabnya. Namun, ada kemungkinan materi yang mendukung kehidupan tersembunyi di debu atau es angkasa.

"Kami menguak teka-teki besar bahwa material di luar Tata Surya berbeda dengan yang ada di dalam," kata David McComas dari Southwest Research Institute, Texas, seperti dikutip AP, Selasa (31/1/2012).

Terkuaknya teka-teki ini tak lepas dari jasa wahana antariksa Interstellar Boundary Explorer (Ibex), yang diluncurkan tahun 2008. Wahana antariksa itu diutus untuk mempelajari lingkungan batas Tata Surya di mana aliran partikel dari Matahari bertumbukan dengan gas dingin di area antarbintang.

Mengelilingi dari jarak 320.000 km di atas Bumi, Ibex mendeteksi partikel yang mengalir ke Tata Surya. Gelembung pelindung yang mengelilingi Matahari dan planet mencegah radiasi kosmik masuk, tetapi partikel netral bisa lewat dengan mudah sehingga Ibex bisa mengetahui distribusinya.

Meski lingkungan luar Tata Surya memiliki oksigen lebih sedikit, hal ini tak selayaknya menjadi alasan dihentikannya pencarian planet mirip Bumi.

Geoff Marcy dari Universitas California Berkeley mengatakan, ada banyak oksigen di bintang lain dalam wilayah Bimasakti dan di luar wilayah tempat biasa terbentuk bintang dan planet.

Ilmuwan juga masih bisa berharap pada hasil penelitian wahana antariksa Voyager yang diluncurkan tahun 1977 dan mengeksplorasi perbatasan Tata Surya sejak 2004. Dalam beberapa bulan lagi, Voyager akan memasuki wilayah antarbintang dan siap menguak rahasia lain

Sumber : http://sains.kompas.com/read/2012/02/01/11553322/Rahasia.Lingkungan.Luar.Tata.Surya.Terkuak